Selasa, 05 April 2016

Wae Rebo Dan Norma Hidup Manggarai

Saya, kamu, dia, mereka, atau siapa pun yang lahir, besar, ada, dan hidup di tanah Manggarai, Flores adalah orang-orang yang hidupnya secara sadar dan tidak sudah diatur dan dibentuk oleh adat istiadat serta norma-norma hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan dan pola tingkah laku seseorang itu terkadang menjadi cerminan akan kehidupan keluarga atau bahkan menentukan kebiasaan dan tata cara didikan orang tua di rumah.

Wisata Wae Rebo Dan Ibu-ibu Tua Di Wae Rebo

Mungkin di zaman sekarang ini, dengan perubahan dan perkembangan di banyak sektor, aturan atau norma adat yang berlaku di masyarakat tidak terlalu mengikat seperti pada zaman dahulu. Berangkat dari uraian singkat tersebut, berikut ini asemolas coba mengangkat dan mengulas lagi sebagai bahan pengingat bagi kita semua tentang norma-norma dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat Manggarai, Flores secara umum. Ulasan dan uraian asemolas merupakan hasil rangkuman dari beberapa sumber yang terpercaya.

Apa Itu Norma?
Pada dasarnya, norma hidup, hadir, dan dikembangkan oleh orang-orang yang ada dan hidup dalam masyarakat. Perlu diingat bahwa manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan orang lain dalam kelangsungan hidupnya. Dalam kehidupan bermasyarakat atau bersama orang lain, manusia membutuhkan aturan-aturan tertentu agar setiap orang yang hidup tidak dapat berbuat atau melakukan sesuatu sesuka hatinya tanpa memperdulikan orang lain di sekitarnya.

Agar dapat menciptakan hidup yang rukun dan damai dalam masyarakat, orang-orang yang hidup dalam suatu wilayah atau daerah saling sepakat menentukan keputusan: apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan kepada orang lain. Atas dasar inilah maka lahirnya yang namanya norma.

Menurut beberapa sumber dan ahli, kata norma itu sendiri berasal dari:
  • Bahasa Belanda yaitu "norm" yang berarti patokan, kaidah, atau pedoman.
  • Berdasarkan kamus hukum umum, norma atau norm berarti kaidah yang menjadi petunjuk, pedoman bagi hidup seseorang untuk berbuat dan atau tidak bertindak, dan segala bentuk tingkah laku dalam hidup bermasyarakat. Misalnya: norma agama, norma hukum, norma kesopanan
  • Bahasa Latin, yaitu "mos" yang merupakan bentuk jamak dari "mores" yang berarti tingkah laku, adat istiadat, atau kebiasaan yang dilakukan seseorang dalam hidup bersama dengan orang lain.
Tour Wae Rebo Dan Kerja Gotong Royong Dalam Masyarakat

Norma merupakan bentuk nyata dari nilai-nilai sosial dari masyarakat yang berbudaya, yang memiliki aturan-aturan, dan kaidah-kaidah, baik yang ada secara tertulis maupun tidak tertulis. Dan norma-norma tersebut mengatur kehidupan manusia dalam hidup bermasyarakat atau bersama orang lain.

Norma Yang Ada Di Masyarakat Manggarai
  1. Neka Daku Data, Data Daku: maksusnya apa yang telah menjadi milikku (saya) tetap milik saya, dan milik orang lain tetap menjadi milik orang lain. Pesan ini amat dalam karena memuat banyak hal, termasuk hal merampas hak milik orang lain.
  2. Neka Hang Toe Tanda, Inung Toe Nipu. Hal ini mengatur norma pergaulan muda-mudi, baik yang berkaitan dengan tutur kata, tingkah laku, maupun perbuatan dalam hidup sehari-hari. Ada kata-kata tertentu yang tidak boleh diungkapkan oleh seorang saudara kepada saudarinya ataupun sebaliknya dari seorang saudari kepada saudaranya. Lebih ditegaskan lagi, jangan sampai seorang saudara sampai jatuh cinta kepada saudarinya. Atau, meskipun tidak ada hubungan darah, tidak melalui jalur yang benar. 
  3. Hiang Ine Ame: maksudnya anak-anak harus menghargai orangtuanya (ayah dan ibunya). Hal ini disebabkan karena ayah dan ibu dipandang sebagai Tuhan yang terlihat. Alasan lain, karena dengan segala susah payah tiap orang tua membesarkan anak-anaknya dan memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Dan sang ibu, dengan segala susah payah telah mengandung dan melahirkan putra dan putrinya. Sehingga sangatlah pas kata pepatah bahwa 'surga ada di telapak kaki ibu'.
  4. Di'a Ba Weki Lete Bari: artinya kita harus menjaga sikap sopan santun terhadap siapa saja. Memperlakukan orang lain dengan baik seperti yang kita harapkan agar orang lain dapat memperlakukan kita dengan baik.
  5. Neka Hemong Kuni Agu Kalo: artinya tanah tempat kita dilahirkan dan dibesarkan. Kuni agu kalo ini tidak boleh dilupakan kemana pun kaki kita melangkah. Membuat atau memberikan sesajian kepada para leluhur setiap tahun adalah suatu kegiatan yang sangat penting dalam mengikat hubungan dengan para leluhur.
  6. Takung Hang Kolang Latang Ata Tu'a Empo: maksudnya berkaitan dengan hal memberikan sesajian atau persembahan kepada leluhur.
  7. Kabang dan Dodo. Kabang dan Dodo merupakan dua hal yang berkaitan dengan kegiatan kerja sehari-hari. "Kabang" artinya tuan atau pemilik lahan yang mempunyai pekerjaan mengundang warga kampung untuk membantu menyelesaikan pekerjaan tanpa mendapat imbalan jasa. Misalnya: kerja kebun atau panen. Pemilik atau tuan kebun hanya menyiapkan makanan untuk para pekerja tanpa memberikan uang. Kabang sifatnya meringankan beban orang lain.
    Jelajah Wae Rebo Dan Budaya Lokal Yang Harus Dipelajari

    Sangat berbeda dengan "Dodo" yang membutuhkan balasan dari orang yang bersangkutan. Balasannya bukan berupa uang; tetapi melakukan kerja yang sama untuk orang yang datang bekerja di kebunnya. Misalnya: setelah Ardi bekerja di kebun Robi, maka suatu saat Robi harus membalas untuk bekerja di kebun Ardi.
  8. Se'ri: artinya membagi rasa kepada orang lain ketika mendapatkan untuk pada saat berburu babi hutan atau rusa.
  9. Lonto Leok Agu Henget Tombo Data Tua. Perlu diketahui bahwa semua jenis pertemuan selalu dilaksanakan di rumah gendang. Warga kampung akan duduk melingkar dan bersikap mendengarkan petuah atau wejangan orang tua. "Tua tembong (tua gendang)" merupakan pemimpin warga Wae Rebo. Ia akan merangkul warganya dengan baik sehingga semua ritual adat akan terlaksana dengan baik.
  10. Woleng Wae Wo'ang (pemisahan tempat timba air). Masyarakat Wae Rebo masih harus menimba air di sungai untuk kebutuhan sehari-harinya. Di tempat ini ada dua sungai yang dekat dengan kampung, sehingga dibagi satu sungai khusus untuk perempuan dan satu sungai khusus untuk laki-laki. Pemisahan seperti ini dilakukan untuk menjaga kesopanan saat mandi. Sebab saling melihat saat mandi merupakan tindakan yang tidak sopan. Biasanya bagian hulu untuk perempuan dan bagian hilir untuk laki-laki. Alasan utam menempatkan perempuan di bagian hulu adalah untuk menghormati kaum perempuan dan perempuan biasanya langsung menimba air untuk minum juga. 
  11. Koing Sebong: maksudnya memberikan sebuah isyarat untuk menanyakan apakah di sungai yang hendak dilewatinya itu ada orang yang sedang mandi atau tidak. Biasanya kata-kata yang diucapkan saat koing sebong adalah "o...o...ng sebong artinya apakah ada orang yang sedang mandi?. Jika tidak ada jawaban berarti tidak ada orang yang sedang mandi sehingga bisa jalan terus. tetapi jika ada yang sedang mandi maka akan terdengar sahutan: "sebong see" artinya sedang mandi. 
  12. Neka Poka Puar One Pal: artinya jangan menebang hutan secara liar. 
  13. Wale "io". Kata "io" merupakan kata yang terhalus untuk menyahut dan menjawab panggilan seseorang. Kata "io" berartinya iya. Jawaban "iya" bisa juga dipakai dalam bahasa Manggarai, tetapi jawaban "io" masih jauh lebih halus. 

Itulah beberapa norma yang berlaku dalam masyarakat Manggarai umumnya dan masyarakat Wae Rebo khususnya. Semoga hal dan indormasi ini dapat menjadi pengingat buatmu dan bermanfaat.

Jalan-Jalan Ke Wae Rebo Dan Keakraban Dalam Hidup Bermasyarakat

bersambung...

Related Posts

Wae Rebo Dan Norma Hidup Manggarai
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Ingin berlangganan artikel Ase Molas? Silahkan daftarkan email Anda di bawah ini: