Minggu, 03 April 2016

Menemukan Wae Rebo, Flores

Menghargai warisan budaya merupakan tugas dan kewajiban semua orang yang ada dan hidup dalam suatu wilayah atau daerah. Warisan budaya dan adat istiadat dalam setiap daerah tentunya berbeda-beda. Hal tersebut secara tidak langsung menggambarkan ciri khas suku yang mendiami daerah itu.

Tenun Ikat Songke Manggarai Di Wae Rebo Flores

Sebagai generasi penerus, tentu sangatlah penting dan perlu untuk memahami dan mempelajari warisan budaya lokal. Berikut ini asemolas kembali berkisah tentang Wae Rebo, desa unik dan terpencil yang memiliki keindahan tersendiri. Kisah kali merupakan hasil rangkuman kisah perjalanan para arsitek asal Jakarta yang datang dan menikmati indahnya Kampung Wae Rebo.


Kisah Arsitek Jakarta
Mungkin dulunya, Kampung Wae Rebo, oleh masyarakat Manggarai, Flores umumnya terutama Pemerintah daerah (PemDa) setempat hanya dipandang sebagai sebuah desa udik dan terpencil yang amat sangat jauh dari keramaian. Karena selain lokasinya yang sangat jauh, tidak ada hal yang istimewa di sana. Namun sepertinya penilaian dan pandangan itu salah. 

Ternyata ada hal unik dan tersembunyi dari balik hening dan sunyinya suasana di sana. Ada tersirat hal indah yang memiliki ciri khas tersendiri yang seakan mampu memikat hati para pengunjung yang bertandang. Sebut saja kisah para arsitek asal Jakarta yang dengan niat, tekad, dan ingin menyaksikan sendiri keunikan Wae Rebo berani berkunjung ke kampung tersebut. 

Kunjungan para arsitek asal Jakarta ini merupakan kunjungan perdana atau pertama dengan modal nekad dan niat yang tinggi untuk melihat secara langsung arsitektur bangunan di Wae Rebo. Para arsitek ini pertama kali menginjakkan kaki di Wae Rebo tepatnya pada tahun 2008. Dengan semangat yang gigih dan dibekali oleh sebuah foto bangunan di Wae Rebo serta informasi yang sangat minim tentang Manggarai umumnya dan Kampung Wae Rebo khususnya, mereka (para arsitek) melakukan perjalanan panjang dari Jakarta hingga tiba dan menikmati indahnya suasana sunyi di Kampung Wae Rebo.

Para arsitek ini tergabung dalam konsultan Han Awal & Partners; yang terdiri dari:
  • Adria Ricardo
  • Amelia Miranti
  • Chirana Sumendap
  • Dona Paramita
  • Varani Kosasih
  • Paskalis Khrisno A.
  • Monica Renata
  • Noviardi Prasetya
  • Rafael Arsono
  • Yurike Safanayong
  • Yori Antar
  • Avianti Armand dari Andramatin Architects
  • Michael Brohet dari Antara Architects
  • Ikhsan Sube dari Universitas Indonesia (UI)
  • Enrico Soekarno dari bagian seniman
Wisata Wae Rebo Merupakan Pengalaman Yang Tak Terlupakan

Tujuan Mencari Wae Rebo
Para arsitek asal Jakarta ini melakukan perjalanan ke Flores tepatnya Kampung Wae Rebo, Kabupaten Manggarai dalam rangka untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang ke-63. Mereka menamakan kisah perjalanan mereka dengan nama " Perjalanan Cinta Tanah Air".

Mereka berani mencari dan datang ke Flores dengan sebuah alasan sederhana yaitu rasa penasaran dan ketertarikan yang amat sangat kuat untuk melihat secara langsung bentuk bangunan unik di Wae Rebo. Yah, bentuk rumah adat atau oleh masyarakat setempat disebut "Mbaru Niang", memang memiliki bentuk arsitektur tradisional yang amat sangat khas dan unik, dengan bentuk rumah bundar. 

Tujuan utama para arsitek dari Jakarta ini datang ke Flores khususnya ke Kampung Wae Rebo adalah "untuk belajar dan mengenal lebih dekat tentang kearifan lokal dari seni, budaya, dan arsitektur Kampung Wae Rebo yang memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri".

Wae Rebo Adalah Magnet
Awalnya jadwal dan rencana para arsitek ini datang ke Flores khususnya Wae Rebo beberapa kali diubah dan diganti dengan rencana perjalanan ke daerah atau tempat lain, bahkan sampai dihapus dari jadwal perjalanan yang sudah dibuat sebelumnya. Hal ini didasari kurangnya informasi dan pengetahuan tentang daerah Manggarai umumnya dan terutama Kampung Wae Rebo khususnya. 

Dasar utama yang menyebabkan mereka tertarik dan berminat mampir ke Manggarai adalah karena tertarik pada bentuk arsitektur rumah adat yang berbentuk bundar yang sebelumnya telah mereka lihat di foto. Bahkan awal mulanya nama tempat yang tampak di dalam foto belum atau sama sekali belum mereka ketahui. 

Yah, bisa dikatakan para arsitek ini berjodoh dengan Manggarai karena meskipun jadwalnya selalu dihapus, namun dalam segala bentuk kegiatan mereka selalu diingatkan untuk kembali dan bahkan seakan ada hasrat dan keinginan yang kuat untuk datang ke sana. Hingga pada akhirnya perjalanan ke Wae Rebo dimulai dengan tekad mencaritahu sendiri segala informasinya dan siap menghadapi segala macam bentuk resiko selama perjalanan, termasuk terhapusnya jadwal perjalanan yang sudah mereka rancang dan jadwalkan dengan baik serta rapi semenjak dari Jakarta.

Jelajah Wae Rebo Bersama Anak-Anak Wae Rebo

Nama tempat yang akan mereka kunjungi itu baru diketahui dengan jelas dan pasti beserta informasi detailnya setelah tiba dan beristirahat di sebuah resto atau rumah makan di kota Ruteng. Ternyata nama tempat itu: "Wae Rebo", karena di dinding resto tergantung rapi foto bangunan yang mereka cari disertai keterangan nama lokasi di salah satu sisi foto tersebut. Dan di resto itu juga akhirnya mereka sepakat untuk melanjutkan perjalanan ke Wae Rebo. 

Perjalanan Panjang Dan Melelahkan
Dari Ruteng, di keesokan harinya para arsitek asal Jakarta ini mulai melakukan perjalanan menuju Denge dengan menggunakan alat transportasi yang sering melalui lokasi tersebut. Denge merupakan kampung terakhir yang dapat dicapai oleh mobil. Dari kampung Denge menuju kampung Wae Rebo sudah tidak ada jalutr transportasi. Satu-satunya cara untuk mencapai Wae Rebo adalah melakukan dan melanjutkan dengan perjalanan lintas alam atau berjalan kaki hingga sampai ke Wae Rebo. 

Jarak antara Ruteng dengan Kampung Denge lumayan jauh dan memakan waktu yang agak lama. Saat itu tim arsitek ini sempat kehilangan semangat dan malah sempat berpikir bahwa apa yang mereka lakukan akan sia-sia tanpa hasil jika sampai tidak menemukan Wae Rebo. Namun ternyata dugaan kami meleset. Dari Denge, dengan berjalan kaki naik turun gunung, para arsitek tersebut didampingi seorang pemandu wisata menuju Wae Rebo. 

Setelah menempuh perjalanan lintas alam yang lumayan menguras energi dengan medan yang lumayan berat, akhirnya mereka tiba juga di Kampung Wae Rebo. Dan seketika itu juga rasa lelah dan semangat yang mungkin hampir pudar sirna berganti senyum bahagia penuh kegirangan tak kala melihat dari dekat lokasi unik yang sudah lama mereka rindukan. 

Kebahagiaan mereka pun kian lengkap tak kala senyum ramah, sapaan penuh kekeluargaan, dan sambutan hangat menghiasi tiap wajah masyarakat yang mendiami kampung unik dan indah itu. Yah, pada akhirnya rasa penasaran dan kerinduan untuk sesuatu yang unik dari Manggarai untuk para arsitek asal Jakarta terobati sudah. 

Tour Wae Rebo Bersama Warga Di Rumah Adat Wae Rebo

Related Posts

Menemukan Wae Rebo, Flores
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Ingin berlangganan artikel Ase Molas? Silahkan daftarkan email Anda di bawah ini: