Saat ini, rasanya hampir semua keluarga memiliki pesawat televisi (TV) di rumahnya. Benda yang satu ini memang komplet dan ajaib. Karena selain menjadi sarana hiburan, TV juga bisa sekaligus menjadi sumber informasi, pendidikan, dan sekaligus pembelajaran untuk pemirsa atau penonton secara umum. Namun perlu hati-hati, ada bahaya tersembunyi dan mengancam dari televisi (TV),terutama bagi anak-anak balita.
Berikut ini asemolas coba mengulas tentang televisi. Mari simak bersama dan mudah-mudahan bermanfaat buat kamu semua.
Anak Dan Televisi
Mungkin kamu berpikir bahwa akan baik-baik saja jika anak tinggal seharian di rumah sambil terus duduk dan nonton acara-acara yang ditayang di televisi (TV). Coba kamu bayangkan situasi ini: ketika papa dan mama pergi atau berangkat kerja sejak pagi, sementara sang buah hati (anak) ditinggal di rumah bersama pengasuh (baby sister), atau ditemani oleh kakek dan neneknya sepanjang hari di rumah. Selama jangka kurang lebih 9 sampai 10 jam ditinggal seperti itu, ketika anak menangis kira-kira hal apa yang paling mudah dan cepat meredakan tangis sang anak? Mungkin kamu memiliki jawaban yang hampir sama dengan yang lain yaitu jika di rumah yang bersangkutan ada televisi, maka itulah benda atau hal yang paling cepat meredakan dan meredam tangisan atau kerewelan anak tersebut.
Yah, tak dapat dielak dan bukan rahasia lagi bahwa anak-anak dan televisi merupakan dua sejoli yang sangat erat sekali hubungannya. Bahkan sebuah penelitian di tahun 2007, menemukan bahwa rata-rata waktu menonton TV pada anak-anak, lebih dari 35 jam dalam seminggu atau kira-kira sekitar 5 sampai 6 jam sehari. Hal ini bisa dikatakan bahwa anak-anak lebih banyak meluangkan waktu untuk menonton TV ketimbang melakukan kegiatan-kegiatan lain, terkecuali tidur.
Untuk perkembangan anak itu sendiri, hal ini sangatlah tidak baik dan tidak sehat. Perlu diketahui oleh para orang tua bahwa lamanya seorang anak ada di depan TV atau menonton TV sangatlah berpengaruh pada kondisi psikologis sang anak itu sendiri.
Sebuah penelitian di Universitas Bristol, Inggris, menemukan bahwa untuk anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktu berjam-jam di depan TV atau bermain game akan lebih rentan mengalami masalah emosi, hiperaktif, atau maslah lain yang berkaitan dengan teman seumuran atau sebayanya.
Cermati Film Kartun
Sebagai orang tua, kita mungkin bisa berkilah atau menyangkal, bukankah masih banyak siaran atau tayangan yang aman bagi anak-anak?. Mari coba kita cermati bersama tayangan atau siaran televisi yang paling banyak digemari dan ditonton oleh anak-anak dan balita biasanya adalah seputar film kartun. Misalnya: Spongebob, Doraemon, Shaun the Sheep, Tom and Jerry, Upin & Ipin, Crayon Shincan. Film-film ini sangat mendominasi layar TV kita hingga saat ini.
Sayangnya, meskipun film kartun yang dinilai oleh para orang tua merupakan tayangan yang layak dan aman untuk ditonton anak-anak, namun ternyata siaran tersebut tidak dijamin 100 persen aman.
Yayasan Konsumen Anak Indonesia (YKAI) menjelaskan bahwa hanya 25% dari tayangan kartun yang dikategorikan aman untuk ditonton oleh anak-anak dan balita. Boleh dibilang bahwa sisanya hanya merupakan tayangan 'sampah' yang dapat memberikan dampak buruk bagi perkembangan anak dan balita.
Kategori aman sebuah tayangan menurut YKAI, adalah:
Pilih-Pilih Manfaat
Pada dasarnya, televisi tidak selamanya memberikan dampak buruk bagi anak-anak dan balita. Karena ada juga unsur pendidikan dan pembelajaran yang bermanfaat buat anak-anak dan balita, terutama dalam hal merangsang fungsi penglihatan dan pendengaran. Hal ini dijelaskan oleh Ellen Saasiang, seorang psikolog anak dan pemerhati masalah anak-anak.
Manfaat tontonan anak yang sesuai dengan usianya dikategorikan sebagi berikut:
Balita usia 0 sampai 2 tahun
Menonton Televisi Dengan Aman
Coba perhatikan saat menonton, biasanya sebelum film atau tayangan itu dimulai selalu ada pemberitahuan atau label khusus sebagai pengingat untuk kita yang menonton. Tayangan yang berlabel BO (Bimbingan Orangtua) biasanya dianggap aman untuk ditonton oleh anak-anak dan balita. Namun di sini tetap butuh pengawasan orang tua karena terkadang banyak juga tayangan yang berlabel BO (Bimbingan Orangtua) namun tidak cocok untuk ditonton oleh anak-anak dan balita.
Tips-tips aman untuk menonton TV (televisi) bagi anak-anak dan balita:
Berikut ini asemolas coba mengulas tentang televisi. Mari simak bersama dan mudah-mudahan bermanfaat buat kamu semua.
Anak Dan Televisi
Mungkin kamu berpikir bahwa akan baik-baik saja jika anak tinggal seharian di rumah sambil terus duduk dan nonton acara-acara yang ditayang di televisi (TV). Coba kamu bayangkan situasi ini: ketika papa dan mama pergi atau berangkat kerja sejak pagi, sementara sang buah hati (anak) ditinggal di rumah bersama pengasuh (baby sister), atau ditemani oleh kakek dan neneknya sepanjang hari di rumah. Selama jangka kurang lebih 9 sampai 10 jam ditinggal seperti itu, ketika anak menangis kira-kira hal apa yang paling mudah dan cepat meredakan tangis sang anak? Mungkin kamu memiliki jawaban yang hampir sama dengan yang lain yaitu jika di rumah yang bersangkutan ada televisi, maka itulah benda atau hal yang paling cepat meredakan dan meredam tangisan atau kerewelan anak tersebut.
Yah, tak dapat dielak dan bukan rahasia lagi bahwa anak-anak dan televisi merupakan dua sejoli yang sangat erat sekali hubungannya. Bahkan sebuah penelitian di tahun 2007, menemukan bahwa rata-rata waktu menonton TV pada anak-anak, lebih dari 35 jam dalam seminggu atau kira-kira sekitar 5 sampai 6 jam sehari. Hal ini bisa dikatakan bahwa anak-anak lebih banyak meluangkan waktu untuk menonton TV ketimbang melakukan kegiatan-kegiatan lain, terkecuali tidur.
Untuk perkembangan anak itu sendiri, hal ini sangatlah tidak baik dan tidak sehat. Perlu diketahui oleh para orang tua bahwa lamanya seorang anak ada di depan TV atau menonton TV sangatlah berpengaruh pada kondisi psikologis sang anak itu sendiri.
Sebuah penelitian di Universitas Bristol, Inggris, menemukan bahwa untuk anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktu berjam-jam di depan TV atau bermain game akan lebih rentan mengalami masalah emosi, hiperaktif, atau maslah lain yang berkaitan dengan teman seumuran atau sebayanya.
Cermati Film Kartun
Sebagai orang tua, kita mungkin bisa berkilah atau menyangkal, bukankah masih banyak siaran atau tayangan yang aman bagi anak-anak?. Mari coba kita cermati bersama tayangan atau siaran televisi yang paling banyak digemari dan ditonton oleh anak-anak dan balita biasanya adalah seputar film kartun. Misalnya: Spongebob, Doraemon, Shaun the Sheep, Tom and Jerry, Upin & Ipin, Crayon Shincan. Film-film ini sangat mendominasi layar TV kita hingga saat ini.
Sayangnya, meskipun film kartun yang dinilai oleh para orang tua merupakan tayangan yang layak dan aman untuk ditonton anak-anak, namun ternyata siaran tersebut tidak dijamin 100 persen aman.
Yayasan Konsumen Anak Indonesia (YKAI) menjelaskan bahwa hanya 25% dari tayangan kartun yang dikategorikan aman untuk ditonton oleh anak-anak dan balita. Boleh dibilang bahwa sisanya hanya merupakan tayangan 'sampah' yang dapat memberikan dampak buruk bagi perkembangan anak dan balita.
Kategori aman sebuah tayangan menurut YKAI, adalah:
- Tayangan tersebut tidak mengandung unsur seksual
- Menggunakan bahasa yang baik dan sopan
- Tidak mengandung tayangan anti sosial
- Dapat menumbuhkan nilai yang positif bagi anak (misalnya tumbuhnya rasa empati dan kreatif)
- Memiliki alur cerita yang jelas
- Tayangan tersebut disukai anak-anak
- Adanya batasan yang jelas antara tokoh yang baik dan buruk
Pilih-Pilih Manfaat
Pada dasarnya, televisi tidak selamanya memberikan dampak buruk bagi anak-anak dan balita. Karena ada juga unsur pendidikan dan pembelajaran yang bermanfaat buat anak-anak dan balita, terutama dalam hal merangsang fungsi penglihatan dan pendengaran. Hal ini dijelaskan oleh Ellen Saasiang, seorang psikolog anak dan pemerhati masalah anak-anak.
Manfaat tontonan anak yang sesuai dengan usianya dikategorikan sebagi berikut:
Balita usia 0 sampai 2 tahun
- Mulai tertarik pada suara dan bunyi-bunyian
- Menyukai tontonan dengan tokoh berwarna terang (misalnya tayangan: Barney)
- Menyukai suara musik dari lingkungan sekitarnya, termasuk TV
- Menyukai tayangan iklan di televisi; misalnya berupa: suara tawa, sorakan, tarian, warna terang, nyanyian, atau gerakan cepat lainnya
- Anak belajar memahami konten tontonan
- Bertambahnya perbendaharaan kata sang anak
- Meningkatkan imajinasi anak; misalnya: saat bersama teman-temannya, mereka bisa bermain peran sebagi ayah, ibu, guru, dan yang lainnya sesuai dengan apa yang mereka tonton di televisi
- Usia balita biasanya percaya bahwa tokoh yang ditontonnya hidup di dalam televisi. Itu sebabnya kita terkadang sering melihat balita berusaha untuk menyentuh TV atau melambaikan tangan saat tokoh favoritnya muncul.
- Anak usia 2 tahun hanya memiliki beberapa ratus perbendaharaan kata, sedangkan pada usia 6 tahun akan meningkat menjadi 10.000 perbendaharaan kata, bisanya bisa jadi berkat tayangan televisi
- Pada usia 4 - 5 tahun, anak sudah bisa membedakan antara realita dan fantasi
Menonton Televisi Dengan Aman
Coba perhatikan saat menonton, biasanya sebelum film atau tayangan itu dimulai selalu ada pemberitahuan atau label khusus sebagai pengingat untuk kita yang menonton. Tayangan yang berlabel BO (Bimbingan Orangtua) biasanya dianggap aman untuk ditonton oleh anak-anak dan balita. Namun di sini tetap butuh pengawasan orang tua karena terkadang banyak juga tayangan yang berlabel BO (Bimbingan Orangtua) namun tidak cocok untuk ditonton oleh anak-anak dan balita.
Tips-tips aman untuk menonton TV (televisi) bagi anak-anak dan balita:
- Sebaiknya untuk para orangtua untuk tidak menaruh televisi di kamar anak
- Bila memiliki pengasuh atau baby sister, pastikan bahwa mereka mengetahui mana tayangan yang boleh dan tidak boleh ditonton oleh anak
- Jika boleh sebisa mungkin untuk menonton acara kesukaan anak secara bersama-sama. Dengan itu maka para orangtua akan tahu apakan konten acaranya sesuai atau tidak denganusia anak
- Perlulah sekali-kali diskusi sntai dengan anak tentang tayangan yang ditonton anak.
- Buatlah kesepakatan untuk menonton televisi (TV). Misalnya: hanya pada jam-jam sebelum tidur atau istirahat siang atau setelah bangun tidur siang.
Anak Dan Siaran Televisi
4/
5
Oleh
Molas