Jika
suatu saat kau ingin memberiku sebuah tanya, satu jawaban yang selalu
dan selamanya ada hanya untukmu.. “Diri ini akan lebih memilih
memberikan dan membagikan seluruh hidupku hanya untukmu dan bersamamu,
sebab sungguh sampai nanti diriku takkan pernah sanggup menyusuri
lorong-lorong kehidupan ini seorang diri tanpa sosokmu menemaniku..”
Tak
pernah ada satu pun manusia yang bernaung di bawah kolong langit ini,
ingin hidupnya menderita. Tak ada satu pun individu maunya hidupnya
selalu dilingkupi rasa cemas yang mendalam. Tak seorang pun insan di
bumi yang berharap agar ujian dan rasa takut itu terus melingkari
hari-harinya. Tak akan pernah ada. Meski pribadi itu pun sedang sakit
dan melarat.
Begitu pun diriku. Sama seperti yang lainnya. Selalu mengharapkan bahagia. Selalu merindukan kedamaian. Selalu menanti balasan cinta sejati. Masih wajarkah harapan dan semua jeritan-jeritan hati kecil ini? Masih pantaskah diri ini melakukan semuanya? Hidup dalam naungan harap dan angan yang tak pasti.
Terkadang naïf rasanya ketika harus melihat kembali ke dalam diri. Begitu kuat dan dalam menjaga segala rasa yang tertanam di relung hati. Sungguh telaten merawat rasa yang terpatri di nubari. Sangat setia menanti balasan cinta sejati. Tanpa tahu apa akhir dari semuanya. Tanpa berusaha menanya pada waktu yang terus berganti.
Entah
apa yang salah kini. Atau siapa yang keliru dengan semua ini. Saya kah?
Dia? Kamu? Atau? Sang pemilik Cinta Sejati yang telah menematkan rasa
cinta yang begitu kuat dan dalam di relung hati saya dan dia? Tak ada
yang bisa menjawab. Tak seorang pun mampu menebak. Karena yang pasti
tiap hari rasa yang terpatri di ruang hati kian kuat tertanjap. Tiada
seorang pun yang sanggup mengangkatnya.
Meski
terkadang kini, rasa sepi itu yang terus merayapi hati. Berusaha
menguasai tiap inchi dinding hatiku. Berjuang merebut rasa yang selalu
dan selama dijaga. Bertekad memporak-porandakan segala harap dan mimpi
yang telah dibangun. Menyisakan ruang kosong dan hampa untuk hari
berikutnya.
Namun sang sepi itu salah. Dia tak pernah tahu bahwa rasa itu telah kuat tertancap dan berakar di hidupku. Mengisi seluruh urat nadiku. Menyembur ke seluruh aliran darahku. Sehingga dia takkan bisa mengambilnya. Dia juga tak akan pernah sanggup menguasai hati ini.
Namun sang sepi itu salah. Dia tak pernah tahu bahwa rasa itu telah kuat tertancap dan berakar di hidupku. Mengisi seluruh urat nadiku. Menyembur ke seluruh aliran darahku. Sehingga dia takkan bisa mengambilnya. Dia juga tak akan pernah sanggup menguasai hati ini.
Mungkin dia benar, terkadang aku terkapar sendiri dalam kebisuan. Tercampak sendiri dalam rasa yang tak pasti. Terhempas sendiri dalam rasa cinta yang terus dijaga. Tapi aku tak peduli. Karena selalu ada keyakinan yang kuat dalam diri bahwa Sang Pemberi Cinta Sejati tak pernah salah menyematkan segala rasa ini di relung hatiku. Dia tak pernah keliru dengan semua yang telah terjadi dalam hidup seseorang.
Terkesan
bodoh ketika dunia tahu seberapa kuat dan dalam ku jaga rasa cinta yang
ada. Terlihat bodoh tak kala mereka dengar seberapa tegar ku berjuang
mempertahan rasa yang terbina. Hati ini tak perduli dengan semua itu.
Diri ini terus berjuang meski dengan langkah tertatih mencari dimana
yang salah.
Andai dia tahu bahwa seberapa dalam rasa ini menghujam hati. Sangat kuat cinta ini mencengkram nubari. Sungguh dasyat rindu ini membius kalbu. Masihkah dia mau mendengar tiap detak napasku yang tak hentinya berdesah tentang dirinya. Masihkah dia perduli tiap degup jantung yang terus berteriak memanggil namanya. Atau, sudah tak ada lagi kah rasa peduli itu?
Meski mungkin terkadang kau sering mengacuhkan diriku. Sering kali kau seakan menganggap diriku tak berarti. Namun satu hal yang selalu aku syukuri pada Dia Sang Penyemat Cinta Sejati, bahwa masih ada sepotong hatimu yang masih membutuhkan kasih sayangku walau bibir tipismu tak mau katakan itu.
Andai dia tahu bahwa seberapa dalam rasa ini menghujam hati. Sangat kuat cinta ini mencengkram nubari. Sungguh dasyat rindu ini membius kalbu. Masihkah dia mau mendengar tiap detak napasku yang tak hentinya berdesah tentang dirinya. Masihkah dia perduli tiap degup jantung yang terus berteriak memanggil namanya. Atau, sudah tak ada lagi kah rasa peduli itu?
Meski mungkin terkadang kau sering mengacuhkan diriku. Sering kali kau seakan menganggap diriku tak berarti. Namun satu hal yang selalu aku syukuri pada Dia Sang Penyemat Cinta Sejati, bahwa masih ada sepotong hatimu yang masih membutuhkan kasih sayangku walau bibir tipismu tak mau katakan itu.
Hati ini tak pernah berhenti meminta pada Sang Pemberi Hidup agar tetap menjaga rasaku hanya untukmu. Apapun katamu; apapun responmu; atau bagaimana dunia menilaiku..aku tak peduli karena rasa yang bersemi di hati ini hanya untukmu. Cinta yang tertanam di lubuk kalbu hanya milikmu. Rindu yang merasuki di angan selamanya tertuju hanya untuk kau seorang.
Karena aku selalu yakin dan percaya bahwa ketulusan, kejujuran, dan kesetiaan ini tak akan berakhir sia-sia.
Satu hal yang pasti bahwa: 'ketika kamu sudah dan sungguh mencintai seseorang dengan segenap perasaanmu..dengan sepenuh hati maka rasa yang ada di relung hatimu untuk dirinya tak akan pernah pudar dan hilang hingga selamanya..'.
Selamanya Aku Tetap Untukmu
4/
5
Oleh
Molas