Kamis, 18 Februari 2016

Untukmu Yang Terkasih

Sembilan bulan, sejak janin itu terbentuk hingga menjadi bayi, engkau rawat dan asuh aku dalam hangatnya rahim-mu. Dengan penuh cinta dan sayang, engkau menjagaku dalam rahim-mu. Ketika tendangan-tendangan kecil dari kakiku yang mungil mengenai dinding rahim-mu, dengan sabar engkau mengusap dan memanggilku dengan suara lembutmu: ‘anakku sayang, mama ada di sini’. Akh, mama…

Seorang Ibu Bersama Buah Hatinya Yang Masih Bayi - Untukmu Yang Terkasih

Seakan perjuanganmu selama 9 bulan itu belum jua selesai. Atau mungkin bisa dikata itu merupakan awal perjuanganmu untuk menghadirkan aku ke dunia. Ketika aku lahir, makin lengkaplah kebahagiaanmu, Mama. Seakan perjuangan selama 9 bulan dan sakitnya saat melahirkanku tak lagi ada tersirat di wajahmu. Berganti air mata bahagia, senyum, bahkan tawa kegembiraan menghiasi wajahmu. Kebahagiaan dan kegembiraan karena aku lahir dan ada dalam kehidupanmu selanjutnya.

Kala itu, pernahkah terbersit dalam benakmu bagaimana kelak aku tumbuh dan besar. Nakal kah? Atau jadi gadis lugu, penurut, dan pendiam? Saat itu engkau seakan abaikan hal itu. Yang ada hanya kebahagiaan yang tiada tara.
Dengan tenang dan tabah engkau jalani semua proses demi membesarkan diriku. Kadang nakal. Kadang rewel. Kadang kasar. Atau bahkan menangis sekuat-kuatnya jika ada keinginanku yang tak terpenuhi. Itu yang engkau temukan selanjutnya selama proses aku menjadi dewasa. Tapi tak pernah ku dengar keluhan dari bibirmu.

Dengan penuh sabar, engkau didik aku penuh kasih dan sayang. Saat aku sakit, terlihat panic di wajahmu yang mulai menua karena usia. Dengan segala macam cara engkau berjuang agar aku bisa sehat dan ceria kembali.
“Ayo, minum obat dan makan yang banyak anak mama yang paling cantik. Biar cepat sehat. Bisa ke sekolah lagi. Bisa main dengan teman-teman. Bisa lari sana sini. Ceria dan tersenyum untuk mama, Nak,” selalu itu kata-kata motivasi dari mama kala sakit menimpaku. 

Padahal aku sakit karena ulahku sendiri. Aku suka makan es cream meski cuaca dingin sehingga aku sakit. Aku tetap bermain di halaman bersama teman meski sudah hujan makanya aku sakit pilek. Atau aku lari-lari kejaran sama teman sehingga aku jatuh dan kakiku luka serta berdarah. Akh, semua karena ulahku. Semua gara-gara aku sendiri. Aku merepotkan mama.
Kadang susah dijelaskan bagaimana lelahnya mama membesarkanku. Namun tak jua dia mengeluh meski kadang aku kelewatan tingkahnya.

Seorang Ibu Dan Anak Bayinya Yang Mulai Beranjak Besar - Untukmu Yang Terkasih

Kini aku telah dewasa. Telah tumbuh menjadi gadis remaja. Gadis kebanggaan mama. Namun, hingga kini apa balasanku untuk semua lelah dan peluh mama untuk hidupku. Tak ada. Hanya kadang sikap egoisku yang terkadang masih melawan dan menjawab jika dinasehati. Atau sikap sombongku mengabaikan telfon darinya. Aduh mama, maafkan aku anakmu.
Mama, entahlah nanti ketika aku memiliki sudah memiliki buah hati, apa aku bisa seperti dirimu. Sosok sabar dan penyayang. Penuh kasih dan cinta. Apa aku bisa seperti mama nantinya.
Sabar meski nanti anak-anakku nakal. Atau? Aku malah mempercayakan pengasuh untuk mengurusnya dengan alasan aku sibk, Ma? Aduh, mama..aku tak tahu dan pusing jika berpikir tentang itu.

Mama, apa nantinya aku bisa seperti dirimu yang terus mendoakan aku anakmu meski terkadang aku mengabaikanmu? Apa nanti aku pada anak-anakku kelak bisa seperti dirimu yang selalu jadi tempat curhat dan tempat tumpahan keluh kesah di kala cobaan menerpaku? Akh, mama, sulit untuk ku katakan itu. Karena aku takut ketika aku berjanji akan mengingkari sendiri nantinya.

Aku hanya selalu berharap dan berdoa bisa menjadi sepertimu kelak. Karena engkau malaikat tak bersayapku, Mama. Engkau sosok kuat yang selalu terpatri di hati. Engkau adalah perempuan idola dan kebanggaanku, Mama. Engkau figur idola yang selamanya akan aku kenang dan ku rindu. Yang akan selalu ku kisahkan pada cucu-cucumu kelak. 

Mama, aku selalu mendoakanmu. Aku selalu yakin dan percaya, doamu selalu menyertai dan menemani derap kakiku kala susuri gemerlapnya kota metropolitan ini.
Mama, ini untukmu..

Ketika Ibu Merupakan Tempat Curhat Yang Sangat Tepat Buat Anak Gadisnya - Untukmu Yang Terkasih


Untukmu yang terkasih,
Teringat jelas kenangan manis masa kecil yang seakan terus melambai lambai dalam ingatan
Seakan enggan kabur dari simpanan memoriku.
Untaian kata-kata lembut dari bibirmu, masih terus tengiang-ngiang di pikiranku
Memaksaku untuk berhenti sejenak dan mengingatmu,
Menanyakan kabarmu walaupun hanya melalui suara bisikan telpon
Untuk sekedar obati rasa rindu di relung hati padamu
Mama, engkau selalu menjadi yang terindah

Sekian lama kita tak jumpa, sekian lama tak tersentuh kabarmu.
Mungkin aku terlampau egois untuk mengakui bahwa aku merindukan hadirnya sosokmu.
Aku terlampau sombong untuk memintamu mendoakanku,
Walau ku tahu bahwa engkau selalu dan selamanya mendoakanku serta ada untuk diriku.
Maaf aku untuk hal itu, Ma..
Maafkan aku juga jika saat ini tak mampu menyapamu lebih dekat
Jarak yang terpampang di depan mata seolah menahan untuk bisa segera tiba di pelukmu, Mama.


Dari sini…di tempat ini ku ingin bercerita kepadamu,
tapi semua yang ada hanya membebankanku
untuk sekedar menyapa apalagi sampai menggemakan suara.
Segala rasa rindu  yang ada terlalu lemah untuk di simpan,
karena ia begitu dahsyat mengguncang nubari.

Sampai aku merasa tak sanggup menahan 
sehingga berakhir dengan meneteskan air mata yang sulit untuk kuduga kapan ia datangnya..
Air mata ini selalu menitik bila teringat semua tentangmu..
tentang pengorbanan dan tulus cintamu.
Tetesan bening  ini pun selalu mengenangi kelopak mataku
jika  menatap guratan wajahmu di gambar atau sekedar mendengar salam darimu meskipun samar.

Jujur,
Aku enggan untuk mengatakan bahwa aku sangat merindukan hadirmu.
Bahwa aku sangat ingin tidur dalam dekapmu…
merasakan lagi hangatnya belaimu yang mungkin kini sudah samar teringat yang  ku rasa saat belia..
Yah, jujur aku malu…
aku gengsi karena saat ini terlampau dewasa..
Takut dinilai cengeng dan tak mandiri..

Tapi…
Andai engkau tahu sampai kapan pun aku selalu merindukanmu..
Karena cintamu tulus dan tak lekang oleh perputaran waktu..

Aku selalu dan selamanya berharap..
Takkan ada secuil kata bosan dari bibirmu untuk mendoakanku,
karena aku takkan sanggup arungi semua ini sendiri..
Aku hanya-lah seorang yang lemah tanpa doa tulus darimu..

Aku tak ingin harta atau apa pun yang mungkin kadang membuatku lupa diri..
Yang kuharapkan hanyalah Kau…,
selalu ada di sepanjang perjalanan hidupku.
Yang kuharap hanya guratan  senyum bahagiamu,
tawa bahagia atau tangis bahagiamu karena cerita bahagiaku..
Buatku,
semua yang kau berikan padaku  takkan bisa tergantikan dengan apapun..

Untukmu yang terkasih,

Aku hanya ingin katakan ini padamu..
Sabarlah akan hari pertemuan kita nanti,
Dimana  hari yang kau dan aku nanti untuk kedatangan dia...

Hari dimana aku  buktikan kepadamu
bahwa aku bisa menjadi seperti apa yang kau harapkan..
Hari dimana aku bisa membuatmu tertawa bahagia dengan apa yang aku punya dan aku bawa di hadapanmu..

Yah,
semua itu kan kutepati seperti  janjiku saat aku meninggalkanmu untuk berjuang sendiri di sana...

Hanya satu pintaku pada Sang Pemberi Hidup,
Untuk selalu menjaga dan menguatkanmu di setiap saat..
Karena dari jauh aku hanya bisa…
Berdoa untukmu..
Menitipkan rindu lewat sapaan tiap pagi buatmu..
Aku selalu percaya di tiap detak jantungku terlantun doa untukmu..

Harapku,
Sampai kapan pun kau baik adanya..

Untukmu Mama...

Kebahagiaan Seorang Ibu Menjadi Lengkap Ketika Anak Gadisnya Menikah - Untukmu Yang Terkasih

Related Posts

Untukmu Yang Terkasih
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Ingin berlangganan artikel Ase Molas? Silahkan daftarkan email Anda di bawah ini: