Saya seorang gadis belia yang lahir dari sebuah keluarga sederhana. Pekerjaan papa adalah seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan mama, seorang ibu rumah tangga. Keluarga kecil kami sangat bahagia dengan hidup berkecukupan, itu menurut hemat saya.
Saya merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Sejak kecil kami berempat sudah dididik dan dibesarkan dengan segala aturan dan tata cara hidup hingga kami berempat tumbuh dewasa dan mampu menghidupi diri sendiri. Keluarga kami hidup dan tinggal di sebuah daerah kecamatan di pulau Flores, NTT. Kabupaten Manggarai Barat, tepatnya. Papa dan mama merupakan figur dan sosok orang tua yang sangat dibanggakan. Mereka begitu sabar dan tabah dalam mendidik dan membesarkan saya dan adik-adik.
Bahagia Saat Bersama Papa
Hidup kami sangat bahagia ketika keluarga kami masih lengkap. Ada papa, mama, dan adik-adik. Saya, adik-adik, dan mama selalu merasa dilindungi dan dijaga oleh papa. Seakan kesulitan atau masalah tak pernah kami rasakan berat karena selalu ada papa yang berusaha menyelesaikannya.
Saat saya atau adik-adik sakit, selalu ada papa dan mama yang menjaga dan merawat. Terasa bahagia dan lengkap rasanya.
Ketika ada kesalahan-kesalahan kecil yang saya atau adik-adik lakukan, papa dan mama selalu menasehati kami dengan sabar. Saat terjadi kenakalan-kenakalan kecil di usia saya dan adik-adik yang mulai beranjak remaja, lagi-lagi suara dan saran papa dan mama menenangkan semuanya.
Akh, bahagia itu terasa sulit diungkapkan lagi. Banyak hal bahagia yang mungkin tak mampu dilukiskan dengan kata. Banyak kisah indah yang tak sanggup digoreskan dengan sebuah coretan pena usangku.Semuanya selalu tertanam dan terpatri di hati.
Setelah Kepergian Papa
Hidup kami berubah ketika momen yang sangat tak diharapkan itu datang. Tuhan merenggut papa dari hidup kami. Dari hidup mama, saya, dan adik-adik. Sakit rasanya. Hancur semuanya. Tawa, canda, dan kebahagiaan itu seolah sirna dan lenyap bersama kepergian sosok yang selalu dan selamanya kami banggakan.
Terkadang, sebagai anak yang masih sangat membutuhkan figur papa dalam keluarga, kondisi ini membuat saya marah pada Tuhan. Seakan keputusan Tuhan untuk mengambil papa dari hidup kami belumlah tepat. Karena sesungguhnya, kami masih sangat membutuhkan papa. Entah apa maksud Tuhan dengan semua ini. Yang pasti kami belum siap untuk semua situasi ini.
Kini, dalam keseharian hanya figur mama yang selalu menjadi penopang di kala sedih. Penyemangat di saat langkah mulai goyah olah berbagai tantangan. Dan penghibur di kala sedih makin menghimpit dan menyesakkan hati. Yah, hanya mama yang selalu jadi teman setia dan tempat berbagi keluh dan kesah setelah kepergian Papa. Namun, dalam keyakinan dan doa saya, mama, dan adik-adik selalu percaya bahwa ada papa yang setia mendampingi dan menemani kami menyusuri lorong-lorong terjal di kehidupan ini.
Ungkapan Kerinduan Untuk Papa
Satu hal yang ingin kukatakan padamu...
Terima kasih untuk semuanya.
Untuk kasih sayang yang engkau curahkan,
Untuk pengorbanan yang engkau lakukan.
Aku 'kan selamanya merindukanmu..
Rindukan saat-saat bersamamu,
Rindukan kasih sayang darimu..
Engkau pasti selalu tahu
Bahwa aku selalu memanggil namamu
tak kala ku hampir tak sanggup menapaki liku hidup.
Ku selalu menangis dan terus menangis
bila memandang potret usangmu yang selalu ku pajang di kamar dalam sebuah pigura mungil.
Andai aku boleh protes pada Sang Khalik,
Ingin ku katakan pada-Nya
Bahwa sungguh aku tak pernah rela kehilanganmu.
Namun aku tahu pasti
mungkin Dia punya rencana terindah dengan semua ini.
Karena mungkin Dia tahu
selama engkau masih bersamaku.. bersama kami
selamanya aku dan adik-adik takkan pernah bisa hidup mandiri seperti saat ini.
Yah,
Ku takkan lagi mengecewakanmu.
Ku akan selalu ingat
Dengan semua yang telah kau labuhkan di dermaga hidupku.
Papa...
Satu pintaku,
tetaplah jadi malaikat pendoa dan penolongku.
Saat kutuliskan ini untukmu,
aku sadar engkau mendengarkan jeritan hati kecilku..
Engkau hadir di sampingku dengan caramu..
Harapku dulu..
Yang takkan pernah mungkin nyata terjadi
Engkau mendampingiku di momen terindah di hidupku.
Tapi ku selamanya yakin dan percaya,
bahwa...
Engkau hadir dan 'kan mendampingiku kelak di momen itu dengan caramu sendiri..
Papa,
Aku sangat merindukanmu...
Mama dan adik-adik pun merasakan hal yang sama,
Merindukan hadirmu barang sejenak.
Papa,
Aku, mama, dan adik-adik selalu dan selamanya mencintaimu..
Saya merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Sejak kecil kami berempat sudah dididik dan dibesarkan dengan segala aturan dan tata cara hidup hingga kami berempat tumbuh dewasa dan mampu menghidupi diri sendiri. Keluarga kami hidup dan tinggal di sebuah daerah kecamatan di pulau Flores, NTT. Kabupaten Manggarai Barat, tepatnya. Papa dan mama merupakan figur dan sosok orang tua yang sangat dibanggakan. Mereka begitu sabar dan tabah dalam mendidik dan membesarkan saya dan adik-adik.
Bahagia Saat Bersama Papa
Hidup kami sangat bahagia ketika keluarga kami masih lengkap. Ada papa, mama, dan adik-adik. Saya, adik-adik, dan mama selalu merasa dilindungi dan dijaga oleh papa. Seakan kesulitan atau masalah tak pernah kami rasakan berat karena selalu ada papa yang berusaha menyelesaikannya.
Saat saya atau adik-adik sakit, selalu ada papa dan mama yang menjaga dan merawat. Terasa bahagia dan lengkap rasanya.
Ketika ada kesalahan-kesalahan kecil yang saya atau adik-adik lakukan, papa dan mama selalu menasehati kami dengan sabar. Saat terjadi kenakalan-kenakalan kecil di usia saya dan adik-adik yang mulai beranjak remaja, lagi-lagi suara dan saran papa dan mama menenangkan semuanya.
Akh, bahagia itu terasa sulit diungkapkan lagi. Banyak hal bahagia yang mungkin tak mampu dilukiskan dengan kata. Banyak kisah indah yang tak sanggup digoreskan dengan sebuah coretan pena usangku.Semuanya selalu tertanam dan terpatri di hati.
Setelah Kepergian Papa
Hidup kami berubah ketika momen yang sangat tak diharapkan itu datang. Tuhan merenggut papa dari hidup kami. Dari hidup mama, saya, dan adik-adik. Sakit rasanya. Hancur semuanya. Tawa, canda, dan kebahagiaan itu seolah sirna dan lenyap bersama kepergian sosok yang selalu dan selamanya kami banggakan.
Terkadang, sebagai anak yang masih sangat membutuhkan figur papa dalam keluarga, kondisi ini membuat saya marah pada Tuhan. Seakan keputusan Tuhan untuk mengambil papa dari hidup kami belumlah tepat. Karena sesungguhnya, kami masih sangat membutuhkan papa. Entah apa maksud Tuhan dengan semua ini. Yang pasti kami belum siap untuk semua situasi ini.
Kini, dalam keseharian hanya figur mama yang selalu menjadi penopang di kala sedih. Penyemangat di saat langkah mulai goyah olah berbagai tantangan. Dan penghibur di kala sedih makin menghimpit dan menyesakkan hati. Yah, hanya mama yang selalu jadi teman setia dan tempat berbagi keluh dan kesah setelah kepergian Papa. Namun, dalam keyakinan dan doa saya, mama, dan adik-adik selalu percaya bahwa ada papa yang setia mendampingi dan menemani kami menyusuri lorong-lorong terjal di kehidupan ini.
Ungkapan Kerinduan Untuk Papa
Senja kian temaram..
Kaburkan lamunan yang kadang menciptakan kebisuan yang panjang;
Hadir segurat bayangan yang tak pernah asing dibenak,
seakan mengintipku dari kejauhan..
bak ingin hancurkan puing-puing lamunan itu..
Sesosok bayangan klise yang selalu tersenyum padaku,
dengan kerut merut yang makin nampak jelas menghiasi pipinya..
Akh, Tuhaaaannnn...
Aku ingat senyum itu!!
Senyum yang dulu selalu ku lihat tiap saat,
Senyum yang dulu bisa ku miliki,
Senyum yang dulu selalu dihadiahkan padaku ketika aku berhasil mencapai sesuatu,
Senyum yang dulu memberikan keteduhan di hati.
Sungguh,
Tak kuasanya lagi kubendung dan ku tahan
tak kala tetesan bening itu kembali meluncur mulus dari kelopak mataku.
Aku tahu...
Suaramu tak semerdu nyanyian lembut mama kala menimangku dulu.
Tapi ku sadar,
Engkau selalu menuntunku dengan nada-nada ketulusan
Yang mengantarku pada lembah kedamaian.
Aku paham,
Sentuhanmu tak selembut belaian mama kala mengusap air mataku saat menangis.
Namun dalam dekapanmu. . .
Kurasakan kehangatan dan ketenangan karena cintamu.
Engkau menjaga aku. . .
Bak karang menjaga debu pasir di tepi samudra.
Dari kotoran raga dan jiwa yang kan basahiku,
Engkau selalu lindungiku.
Engkau bahkan selamanya rela diterpa deburan buih
Hanya demi kami;
Ya, demi mama.. demi aku dan adik-adik..
Jelas teringat olehku..
Tak kala dulu seakan tak pernah lelah
engkau hapuskan tetes air mataku.
Tak pernah bosan engkau redamkan aku dari tangisan..
Kini aku sepi di sini tanpamu..
Namun semua ini harus tetap kujalani,
Meski terkadang terasa berat buat dijalani.
Hmmm...
di sudut sana teleponku berdering membuyarkan lamunan panjangku..
Ohhhh....
aku terlarut dalam lamunan.
Tapi tetesan bening itu nyata di pipiku..
Papa... aku tahu,
Engkau tadi datang menjengukku...
Memastikan keadaanku hari ini..
Walau hadirmu hanya dalam sebuah bayangan klise,
namun aku tetap merasa bahwa engkau nyata adanya...
Kaburkan lamunan yang kadang menciptakan kebisuan yang panjang;
Hadir segurat bayangan yang tak pernah asing dibenak,
seakan mengintipku dari kejauhan..
bak ingin hancurkan puing-puing lamunan itu..
Sesosok bayangan klise yang selalu tersenyum padaku,
dengan kerut merut yang makin nampak jelas menghiasi pipinya..
Akh, Tuhaaaannnn...
Aku ingat senyum itu!!
Senyum yang dulu selalu ku lihat tiap saat,
Senyum yang dulu bisa ku miliki,
Senyum yang dulu selalu dihadiahkan padaku ketika aku berhasil mencapai sesuatu,
Senyum yang dulu memberikan keteduhan di hati.
Sungguh,
Tak kuasanya lagi kubendung dan ku tahan
tak kala tetesan bening itu kembali meluncur mulus dari kelopak mataku.
Aku tahu...
Suaramu tak semerdu nyanyian lembut mama kala menimangku dulu.
Tapi ku sadar,
Engkau selalu menuntunku dengan nada-nada ketulusan
Yang mengantarku pada lembah kedamaian.
Aku paham,
Sentuhanmu tak selembut belaian mama kala mengusap air mataku saat menangis.
Namun dalam dekapanmu. . .
Kurasakan kehangatan dan ketenangan karena cintamu.
Engkau menjaga aku. . .
Bak karang menjaga debu pasir di tepi samudra.
Dari kotoran raga dan jiwa yang kan basahiku,
Engkau selalu lindungiku.
Engkau bahkan selamanya rela diterpa deburan buih
Hanya demi kami;
Ya, demi mama.. demi aku dan adik-adik..
Jelas teringat olehku..
Tak kala dulu seakan tak pernah lelah
engkau hapuskan tetes air mataku.
Tak pernah bosan engkau redamkan aku dari tangisan..
Kini aku sepi di sini tanpamu..
Namun semua ini harus tetap kujalani,
Meski terkadang terasa berat buat dijalani.
Hmmm...
di sudut sana teleponku berdering membuyarkan lamunan panjangku..
Ohhhh....
aku terlarut dalam lamunan.
Tapi tetesan bening itu nyata di pipiku..
Papa... aku tahu,
Engkau tadi datang menjengukku...
Memastikan keadaanku hari ini..
Walau hadirmu hanya dalam sebuah bayangan klise,
namun aku tetap merasa bahwa engkau nyata adanya...
Satu hal yang ingin kukatakan padamu...
Terima kasih untuk semuanya.
Untuk kasih sayang yang engkau curahkan,
Untuk pengorbanan yang engkau lakukan.
Aku 'kan selamanya merindukanmu..
Rindukan saat-saat bersamamu,
Rindukan kasih sayang darimu..
Engkau pasti selalu tahu
Bahwa aku selalu memanggil namamu
tak kala ku hampir tak sanggup menapaki liku hidup.
Ku selalu menangis dan terus menangis
bila memandang potret usangmu yang selalu ku pajang di kamar dalam sebuah pigura mungil.
Andai aku boleh protes pada Sang Khalik,
Ingin ku katakan pada-Nya
Bahwa sungguh aku tak pernah rela kehilanganmu.
Namun aku tahu pasti
mungkin Dia punya rencana terindah dengan semua ini.
Karena mungkin Dia tahu
selama engkau masih bersamaku.. bersama kami
selamanya aku dan adik-adik takkan pernah bisa hidup mandiri seperti saat ini.
Yah,
Ku takkan lagi mengecewakanmu.
Ku akan selalu ingat
Dengan semua yang telah kau labuhkan di dermaga hidupku.
Papa...
Satu pintaku,
tetaplah jadi malaikat pendoa dan penolongku.
Saat kutuliskan ini untukmu,
aku sadar engkau mendengarkan jeritan hati kecilku..
Engkau hadir di sampingku dengan caramu..
Harapku dulu..
Yang takkan pernah mungkin nyata terjadi
Engkau mendampingiku di momen terindah di hidupku.
Tapi ku selamanya yakin dan percaya,
bahwa...
Engkau hadir dan 'kan mendampingiku kelak di momen itu dengan caramu sendiri..
Papa,
Aku sangat merindukanmu...
Mama dan adik-adik pun merasakan hal yang sama,
Merindukan hadirmu barang sejenak.
Papa,
Aku, mama, dan adik-adik selalu dan selamanya mencintaimu..
Teruntukmu Yang Di Sana
4/
5
Oleh
Molas