Minggu, 26 April 2015

Lembor: Ketika Julukan Berganti Cercaan

Padi Siap Panen - By Molas
Lembor, salah satu kecamatan di kabupaten Manggarai Barat. Kecamatan yang berada pada posisi strategis karena merupakan jalur penghubung antar dua Kabupaten; Manggarai Barat dan Manggarai.
Daerah ini tergolong beriklim tropis, sehingga pada musim kemarau cuacanya sangat panas dan lingkungan terkadang terkesan gersang. 

Yah, alasan mengapa beriklim tropis mungkin karena dataran Lembor merupakan daerah pesisir pantai; ada dua pantai di sana yang merupakan kebanggaan warga Lembor. Meski dua pantai ini tidak tertata dengan baik seperti layaknya Labuan Bajo.

Maklum Labuan Bajo merupakan kota kabupaten yang mungkin menjadi prioritas utama pembangunan di segala bidang terutama di bagian pariwisata.

Tujuan saya memaparkan ini bukan untuk membahas sikap Pemda yang tidak merata dalam sektor pemerataan pembangunan; bukan juga ingin membahas sektor pariwisatanya. Tetapi yang saya angkat pada bagiannya ini adalah kejadian lama di dataran Lembor yang mungkin kisahnya sudah terhapus dari memori. Saya menggalikan kembali hal ini tujuannya bukan untuk menoreh luka lama

Hamparan Sawah - By Molas
Ketika menyebut Lembor, banyak dan hampir semua orang yang pernah tahu tentang Lembor langsung terfokus pada beras. Yah, Lembor dipersepsikan sebagai daerah lumbung pangan (beras) bagi masyarakat Manggarai khususnya dan Nusa Tenggara Timur (NTT) umumnya.

Saya sebagai bagian (orang) dari  Lembor dengan bangga mengakui itu. Hamparan sawah yang terbentang di sepanjang jalur Lembor seolah meng-iya-kan julukan itu. 

Yang terkadang, hamparan padi yang hijau di awal musim tanam atau saat warna kuning keemasan yang terpajang di saat padi hampir siap di panen, merupakan objek yang baik buat segelitir orang yang suka pada dunia photografi. Itu salah keindahan yang ditampilkan Lembor, kotaku.
Kemarau Panjang - By Molas
Di balik semua ini, ada kisah yang sangat bertolak belakang dengan julukan daerah "lumbung Pangan (beras)" itu. Bencana dimana Lembor yang dikenal sebagai daerah penghasil beras ini dilanda kelaparan panjang. Bencana yang melanda Lembor terjadi sekitar tahun 2007 - 2009.  Memalukan memang karena seakan julukan yang dibanggakan  itu sirna berganti ejekan yang menyakitkan.

Sangat disesalkan atas bencana ini. Pada tahun itu, beberapa desa di Kecamatan Lembor dihantui paceklik karena gagal panen. Bahan makanan seperti jagung, padi, dan kacang-kacangan mati akibat kekeringan. 

Bisa diprediksi takkan ada hasil panen yang pada akhirnya akan membuat  masyarakat rentan terhadap bahaya kelaparan. Situasi yang amat kontradiktif jika dari Lembor yang kita tahu sebagai daerah lumbung pangan (beras) mengalami masalah kelaparan. Sungguh derita kelaparan yang panjang.
Kerbau Untuk Bajak Sawah - By  Molas
Dari hal di atas, bisa dinilai bahwa ternyata julukan untuk Lembor bukan hanya sebagai lumbung pangan, tetapi juga merupakan daerah eksperimen bagi kebijakan-kebijakan pemerintah yang terkesan kurang terencana dengan baik. Mungkin hal ini dibantah olehmu. Tetapi faktanya, Lembor dijadikan lahan ujicoba untuk proyek-proyek tertentu.

Sebut saja proyek kapas; proyek ini pernah dikembangkan di Lembor. Proyek ini gagal. Atau yang sangat terkenal dulu proyek ubi Aldira. Proyek dengan sejuta kisah  pahit dan manisnya. Karena proyek ini, membuat segelintir orang harus berada di balik jeruji besi (alias Penjara) sebagai bentuk pertanggungjawaban. Tragis kan!!
Jembatan Wae Ara - By Molas
Bisa disimpulkan, ternyata fakta di balik pemekaran itu membawa dampak buruk ke masyarakat untuk beberapa hal tertentu. Mungkin kita berpikir bahwa ketika Manggarai Barat berdiri sebagai sebuah kabupaten baru, daerah itu akan melaju dengan cepat. Masyarakat-nya akan sejahtera. Sejahtera dalam arti tidak ada lagi cerita makan putak (putak adalah bahan makanan yang diolah dari batang pohon gewang, atau mengkonsumsi biji pohon bakau, umbi-umbian dan hasil hutan lainnya) dan tidak lagi ada berita kelaparan.

Ternyata kenyataan yang jadi harapan dan mungkin target pemerintah berkata lain dari fakta yang dialami masyarakat. Terbukti kisah-kisah memilukan ini terjadi di Lembor , daerah lumbung padi kebanggaan Manggarai Barat. Dimana irigasi masih menjadi masalah. Petani keluhkan kekurangan air karena hutan kian gersang. Untuk saat ini, bisa dikatakan Lembor sudah jauh dari kesan sebagai lumbung pangan.
Sarana Transportasi Desa - By Molas
Kisah memilukan dari dataran Lembor mencerminkan proses dan kebijakan yang salah urus atau bahkan salah menetapkan prioritas. Lembor  merupakan cermin kecil yang memperlihatkan wajah pemerintah kita. Apapun tujuan pemerintah haruslah direncanakan dengan matang dan butuh sosialisasi yang intensif. Karena ketika proyek ini gagal, lagi dan lagi masyarakat kecil yang disalahkan. Mungkin ke depannya, pemerintah harus lebih serius menangani sektor pertanian karena hampir sebagian besar mata pencaharian masyarakat Manggarai Barat adalah petani.

Jika sektor pertanian dan lingkungan hidup terpelihara dengan baik maka dalam jangka waktu panjang akan menunjang sektor pariwisata, yang menjadi salah satu keunggulan Manggarai Barat. Semua ini ada pada pundak pemimpin. Pemimpin bak seorang nahkoda yang sedang mengemudikan kapalnya; jika tidak cermat melihat maka kapalnya akan hancur dan tenggelam.
Ibu Sedang Memasak - By Molas
Kisah ini bukan untuk menoreh luka lama di hati masyarakat Lembor, tetapi hanya sebagai pengingat untuk bisa melakukan pembenahan bersama agar kisah lama tidak terulang kembali.
Daerah Pesisir Pantai - By Molas


Sumber :Pos Kupang





Related Posts

Lembor: Ketika Julukan Berganti Cercaan
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Ingin berlangganan artikel Ase Molas? Silahkan daftarkan email Anda di bawah ini: