Sabtu, 07 Januari 2017

Kompiang: Sejarah Dunia Dalam Makanan Lokal

"Kompiang longa! Kompiang longa!"
"Nana, kompiang.. Mai e..."
_________________________________________

Mungkin cuplikan percakapan di atas sudah tidak asing lagi dalam ingatan kita, orang Manggarai, Flores. Yah, percakapan singkat pada pengantar tadi merupakan salah satu contoh aktivitas pagi (dulu) di daerah Manggarai, di kota Ruteng khususnya.

Biasanya, saat matahari mulai terbit kira-kira jam 6 pagi, sang penjaja kue 'kompiang' akan berkeliling dari gang ke gang rumah warga untuk menjual kue jualannya dengan teriakan khas: "Kompiang longa.. kompiang longa..".

Kompiang Dan Kopi Flores
Foto: @baiqandrea  

Di awal pekan di tahun yang baru 2017, ase molas akan membahas secara khusus tentang Kompiang. Jajanan sekaligus oleh-oleh khas dari Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Apa Itu Kompiang?
Kompiang atau Kompia adalah sejenis makanan (kue) yang terbuat dari tepung terigu, air hangat, vermipan, ragi, minyak goreng, gula, garam, dan longa (wijen) yang berbentuk bulat. 

Dulu, awal-awal mulai kompiang ada di Manggarai, kue ini dibuat dalam bentuk polos; ada yang bagian atasnya ditabur wijen (longa), ada juga yang tidak pakai longa, dan tanpa isi didalamnya. Kami menyebutnya "kompiang longa".

Namun, seiring perkembangan zaman, ada beberapa orang yang bisa dan biasa membuat kompiang memberi kombinasi baru pada kompiang dengan memberi isi dalam kompiang. Biasanya mereka akan memasukkan daging yang telah dimasak dengan bumbu-bumbu di dalam kompiang sehingga terasa lebih gurih dan enak. Orang Manggarai biasa menyebutnya "kompiang daging".


Sejarah Kompiang
Konon, kompiang atau kompyang awal mulanya berasal dari negara China. Dimana kompiang merupakan makanan khas negeri China yang dulunya dibuat untuk dijadikan bekal bagi para pejuang China saat berperang melawan Jepang. 

Makanan khas ini sengaja dibuat untuk para pejuang China dengan meniru bahan makanan yang dijadikan perbekalan orang Jepang saat perang. Untuk makanan ini, orang-orang di negara China memberi nama: "Guang Bing" atau "Guang Biang" yang diambil dari nama sang pencipta dan penemu resep khas dari makanan ini: "Qi Jiguang". Qi Jiguang merupakan pahlawan pejuang pada zaman Dinasti Ming tahun 1563.  

Kompyang Dan Secangkir Kopi Sore
Foto: @june.kz  

Makanan "Guang Bing" atau "Guang Biang", di Indonesia umumnya dan Manggarai khususnya lebih dikenal dengan nama "Kompiang" atau "Kompyang".  

Berdasarkan informasi yang didapat dari Budaya Tionghoa, kompiang ini aslinya adalah sejenis roti yang jika dimakan sangat susah karena keras dan polos tanpa isi apa-apa didalamnya. Hal ini sengaja dibuat agar makanan yang dulunya dijadikan bekal oleh para pejuang China ini tahan lama dan tidak basi meski disimpan dalam jangka waktu yang lama. 

Selain itu, kue jenis ini berbentuk bulat dengan lubang ditengahnya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan para pejuang China saat membawanya dalam perang.

Jejak cerita kompiang di Manggarai, tidak terlepas dari nama para perantau keturunan China di Manggarai. Salah satu nama yang cukup dikenal adalah 'Baba Acu'
Ditangannya kompiang diolah menjadi makanan yang sedikit berbeda, namun tidak menghilangkan rasa dan resep utamanya. 

Dimana tepung terigu yang dijadikan bahan dasar. Model atau bentuk kompiang hanya bulat saja tanpa lubang ditengah kompiang. Sehingga rasa kompiang jika dimakan tidak lagi butuh perjuangan karena keras, melain lebih lembut, gurih, dan enak. Apalagi jika dipadukan dengan minuman kopi sebagai teman aktivitas. Rasanya lengkap sudah.


Resep Kompiang 
Di Manggarai, tidak semua orang bisa dan biasa membuat kompiang atau kompyang. Jika ditanya mungkin alasannya terkesan singkat dan sederhana; 'tidak tahu cara buatnya e..'. Atau: 'Susah e.. Lebih baik beli saja, gampang dan cepat!'.

Kompiang Flores Teman Kopi Sore Ini
Foto: @sa_three_a  

Bagaimana cara membuat kompiang atau kompyang? Berikut cara sederhana membuat kompiang.

Bahan dasar: 
  1. Tepung terigu 250 gram
  2. Air hangat kira-kira 175 gram 
  3. Ragi instan 4 gram 
  4. Mentega
  5. Air khi/lye 1/4 sendok
  6. Garam diukur sesuai selera
  7. Gula secukupnya

Bahan untuk dioleskan:
Telur 1 butir (ambil kuningnya saja)
Wijen putih secukupnya

Cara membuat:
  • Campurkan semua bahan dasar: tepung terigu, ragi instan, dan air hangat. Aduk semua bahan sampai rata dan tercampur.
  • Masukkan garam, gula, dan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk agar semua bahan tercampur rata. 
  • Adonan yang sudah tercampur tadi kemudian ditututp dengan plastik; diamkan kira-kira 30 menit atau lebih biar adonan bisa mengembang.
  • Setelah adonan mengembang, takar adonan sesuai selera dibuat bentuk bulat dan ditata di loyang yang telah dioles minyak goreng atau mentega (biar tidak lengket adonannya). 
  • Adonan yang sudah dibentuk dan diletakkan di loyang tadi pada bagian atas untuk kulitnya diberi olesan kuning telur dan susu cair kemudian ditaburi wijen putih.
  • Panggang adonan tadi dalam oven pemanggang dengan suhu 170'C selama kurang lebih 30 menit hingga matang dan berwarna coklat.
  • Setelah matang, angkat dan dinginkan.
  • Selamat menikmati 

   
Di Indonesia, selain di Manggarai, Flores, ada beberapa daerah juga yang mengenal dan memiliki kompiang. Misalnya: Surabaya, Solo, dan Malang.
 
Namun di sini, secara khusus dibahas tentang Kompiang yang biasa dikenal di daratan Manggarai saja. Jika ada yang memiliki informasi tambahan terkait kompiang atau kompyang, silakan tulis pada kolom komentar. 

Selamat mencoba dan semoga bermanfaat ;)

Kompiang Dan Kopi Manggarai Di Kala Senja
Foto: @baiqandrea  



Minggu, 30 Oktober 2016

Istana Ular: Ketika Yang Unik Diabaikan

Mungkin hanya sebatas kisah yang tertulis dalam rentetan cerita dongeng pengantar tidur. Atau? Hanya sebuah cerita bualan yang selalu jadi buah bibir masyarakat. Istana ular!! Itu namanya. Asemolas memolesnya dengan kisah sederhana: "Istana Ular: Ketika Yang Unik Diabaikan". 

Saya memulai perjalanan kisah ini dengan sebuah pertanyaan sederhana. 'Pernahkah kamu bertandang ke Istana Ular sekedar untuk melihat kebenaran kisahnya? Atau, kamu sama seperti yang lain, cuma mendengar ceritanya dari obrolan lepas orang-orang sekitarmu? Mungkinkah kini tersirat di benakmu seperti apa tempat itu? Serem kah? Atau malah biasa-biasa saja?'


Hamparan Persawahan Lembor, Manggarai Barat, Flores


Untuk hal unik yang satu ini, pembahasannya agak berbeda. Sebab ini bukan lagi merupakan kisah lama yang diceritakan kembali atau bukan pula kisah mistis dari film kolosal. Tetapi adalah suatu tempat yang benar-benar nyata dan ada hingga saat ini.
Yah, itulah "Istana Ular". Istana Ular ini merupakan salah satu obyek wisata yang mungkin mulai bahkan makin terlupakan di salah satu wilayah Flores, Nusa Tenggara Timur.

Agar tak memperpanjang kata, mari bersama asemolas, kita telusuri tempat unik ini lewat kisah yang dipaparkan dalam artikel yang mungkin terkesan amat sederhana namun sarat makna.  

Apa Itu Istana Ular
Yap!! Istana Ular. Sekilas kalimat ini terdengar menyeramkan dan mungkin terkesan janggal buat yang baru mendengarnya. Barangkali sebelumnya kita biasanya hanya mendengar kisah tentang istana-istana atau kerajaan di zaman dahulu dari penuturan atau cerita dongeng para tetua atau orang tua semasa kecil. Berdasarkan beberapa kisah yang tertulis di buku-buku atau, hanya berupa sebuah kisah dalam film kolosal yang dapat disaksikan di layar kaca.

Biasanya lebih banyak orang bercerita tentang istana dan kehidupan manusia di zaman dulu. Yang notabene kita belum tahu pasti tentang kebenarannya. Sangat jarang orang-orang bercerita tentang istana ular kan? Hal ini mungkin lebih disebabkan karena terkesan agak mistis dan menakutkan.




Wisata Istana Ular - Akses Jalan Menuju Istana Ular Lembor, Flores

Istana Ular ini terletak di Desa Galang, Kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kecamatan Welak ini merupakan bagian dari wilayah Lembor, Manggarai Barat.

Yang Unik Dari Istana Ular
Sudah pasti serem dan menakutkan jika mendengar nama 'Istana Ular'. Apalagi jika kamu sampai membayangkan bagaimana dan seperti apa keadaannya. Jadi, tak usaha membayangkan tempatnya, datang saja ke sana lebih asyik tentunya.

Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian jika mau jalan-jalan ke sana. Hal yang penting tersebut diantaranya buat para pengunjung ketika berencana masuk ke istana ular (gua) ini mesti harus berhati-hati dan tidak gegabah. Yang paling penting, jika ingin ke sana apalagi bila masuk ke dalam gua, maka harus menggunakan jasa pawang dari desa setempat. Biasanya pawang ular ini telah benar-benar paham akan situasi dan bagaimana cara berhadapan dengan ular-ular yang ada di dalam gua.


Jalan Jalan Terus - Pawang Ular Di Istana Ular, Lembor, Flores










Pawang ular tersebut nantinya akan melakukan sebuah ritual kecil secara bersama-sama sebelum memasuki istana ular. Ritual ini disesuaikan  dengan tradisi warga setempat.
Ribet dan terkesan agak rumit. Namun itulah tradisi (kepercayaan) masyarakat setempat agar terhindar dari pagutan ular berbisa yang ada di mulut dan dalam gua.

Istana Ular Untuk Orang Manggarai
Jujur, sebagai orang yang merupakan bagian dari Lembor, saya belum pernah ke sana. Alasannya utama karena saya tidak terlalu menyukai binatang apalagi ular. Dan alasan sepele yang perlu dihilangkan dimana menganggap istana ular tersebut hanya lokasi atau tempat tinggal ular-ular yang tidak perlu dikunjungi dan menyeramkan.

Tempat ini bukan dilihat sebagai salah satu tempat wisata yang unik dan perlu dikunjungi dan dikembangkan. Pikiran sederhana saya mungkin juga menjadi pikiran umum buat sebagian orang Manggarai, Flores. Padahal, jika dipikir dari segi potensi wisata, Istana Ular ini merupakan salah satu objek wisata potensial  yang perlu dilestarikan.

Akses Menuju Istana Ular
Untuk menuju lokasi ini, kira-kira jarak dari Labuan Bajo ke Desa Galang dapat ditempuh kurang lebih selama 2 - 3 jam dengan menggunakan mobil atau otto kolt . Otto kolt merupakan 'bus' kayu yang ada di daerah Manggarai yang digunakan untuk angkutan masyarakat. Bisa juga menggunakan sepeda motor. Jika menggunakan kendaraan roda dua, jarak tempuhnya lebih cepat.

Wisata Alam Flores - Para Wisatawan Asing ang Berkunjung Ke Istana Ular


Akses untuk bisa sampai ke tempat ini (Istana Ular, maksudnya) lumayan sulit. Sebab letak tempat ini dikelilingi oleh perbukitan dan rawa rawa. Selain itu, jalanan ke sana juga masih tergolong kurang bagus.

Untuk bisa masuk ke mulut gua pun tidak semudah yang dibayangkan. Karena pengunjung harus bisa melewati lumpur rawa yang lumayan dalam. Satu hal yang pasti bahwa pengunjung harus tetap waspada karena sebagian dari ular-ular itu tinggal di lumpur rawa. Serem kedengarannya namun ini bukanlah sebuah halangan untuk kamu berkunjung ke sini. **


Sekian dulu informasi seputar Istana Ular. Jujur, saya enggan berkomentar terlalu banyak tentang tempat ini. Karena satu hal yang paling mendasar bahwa saya belum pernah berkunjung ke sana. Saya hanya mencoba berkisah sesuai dengan informasi yang didengar dari orang-orang yang pernah berkunjung ke sana.

Namun hal ini sengaja saya angkat sebagai bentuk keprihatinan untuk mengugah kita semua agar dapat membantu melestarikan dan mempromosikan tempat wisata unik ini. Karena tanpa kita sadari, tempat ini merupakan kekayaan alam yang mungkin tidak ditemukan di daerah lain.

Jika ada saran, komentar, dan kritikan terkait artikel ini bisa dituliskan pada kolom komentar. Mudah-mudahan informasi ini dapat bermanfaat dan mampu menggugah semangat serta niat kita untuk datang dan ikut melestarikan Istana Ular tersebut.

Tour de Flores - Kondisi Di Dalam Gua Istana Ular


Minggu, 23 Oktober 2016

Lagu Dere Serani

Setelah merantau, nyanyian lagu-lagu rohani 'Dere Serani' tak pernah terdengar lagi. Kecuali kalau lagi iseng dan rindu rumah dengan nada sumbang ku dendang sendiri di kamar. Tak ada yang peduli karena orang-orang seisi kosan tak paham artinya. Yah, lagu-lagu Manggarai selalu membuatku rindu rumah. Rindu pulang Manggarai.

Salah Satu Gereja Katolik Di Manggarai, Flores

Sebelumnya, asemolas.com pernah berkisah tentang "Dere Serani Manggarai". Pembahasan saat ini merupakan kelanjutan atau sebut saja part 2.. hehe biar terkesan lebih keren dikit. Oya. biar rinduku menjadi rindumu juga, mari bersama asemolas hari ini kembali berkisah tentang 'Lagu Dere Serani'. 

Awal Penciptaan Lagu Dere Serani
Pada artikel beberapa pekan lalu, sudah dibahas secara detail tentang awal dan sejarah Dere Serani. (Baca: Dere Serani Manggarai). Bagaimana dan seperti apa nyanyian rohani (dere serani) dalam bahasa Manggarai, Flores tersebut diciptakan. 

Sudah pasti, dere serani hanya ada di daerah Manggarai, Flores. Karena lirik dan penulis lagu-lagunya merupakan orang asli Manggarai dan atau para misionaris yang pada zaman dulu pernah mengabdi dan berkarya lama di daratan Manggarai, Flores. Dan catatannya para misionaris ini paham, bisa, dan mengerti bahasa Manggarai. 

Sebut saja Pater Frans Dorn, SVD yang menciptakan lagu "Mai Momang Maria" artinya Mengasihi Maria. Lagu "Mai Momang Maria" (Mengasihi Maria) merupakan lagu pertama dari kumpulan lagu dere serani. Lagu ini dibuat pada tanggal 13 Mei 1922.

Lagu perdana ini juga dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat bagaimana respon umat (sebutan untuk orang Katolik) terhadap gubahan lagu rohani ke dalam bahasa daerah Manggarai. Dan alhasil, melalui latihan yang rutin, lagu terjemahan 'Mai Momang Maria' ini diterima dan dinyanyikan pada saat perayaan hari Minggu di Gereja. 

Jika ditelusuri, lagu-lagu rohani atau dere serani (dalam bahasa Manggarai, Flores) merupakan jenis nyanyian yang bermula dari ritual adat penduduk asli Manggarai. Baik itu dalam bentuk sanda, mbata, maupun danding. Sehingga tidaklah heran apabila mudah diterima dan dikuasai oleh masyarakat setempat.

Pengarang Dere Serani 
Pencipta lagu atau dere serani ada beberapa orang yang pernah dan masih hidup di daerah-daerah Manggarai. Mungkin wajah, karakter para komponis ini tidak pernah kita temui. Namun, nama dan terutama lagu-lagu hasil karya mereka akan selalu kita (orang Manggarai) ingat dan bahkan lirik-liriknya membekas dalam ingatan. 

Para pengarang lagu rohani Manggarai (dere serani) diantaranya:
  • Philipus Manti
Lagu-lagu hasil karyanya:
  1. Doingkoe Ga (Sadarilah) merupakan lagu permohonan yang memiliki makna untuk menyadarkan orang untuk tetap waspada dan berjaga-jaga.
  2. Moriga Kristus (Tuhanku Kristus); mengisahkan seorang tokoh yang berkorban di medan perang.
  3. Gelangkoe (Bersegeralah). Lagu ini selalu dinyanyikan pada masa Adventus (masa penantian) sebagai bentuk permohonan agar Sang Penebus segera datang.
  4. Naka Ga (Bersoraklah atau bersukacitalah). Biasa dinyanyika saat Hari Natal. Lagu ini menggambarkan luapan kegembiraan dan sukacita atas kedatangan Tuhan Yesus.
  5. Somba Ite Mori (Ampun Ya Tuhanku). Bermakna permohonan ampun pada Tuhan atas segala dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan manusia. 
  6. O Morigo (Ya Tuhanku). Lirik lagu ini diambil dari ratapan kematian dan biasa dinyanyikan pada masa Prapaskah, tepatnya hari Jumat Agung. 
  7. Morigo (Ya Tuhanku). Bentuk ungkapan rasa hormat kepada Sakramen Mahakudus.
  8. Tabe Natal (Salam Natal). Dimana umat (orang Katolik) menyampaikan salam Natal pada kanak-kanak Yesus yang telah lahir. 
  9. E Landing Salam-o (Lantaran Kesalahanmu). 
  10. Yo Naring (Ya Terpujilah). Lagu pujian untuk menghormati Sakramen Mahakudus.
  11. Calang'k Aku ga (Saya Sudah Bersalah). Sebuah ungkapan pengakuan atas dosa dan ketakberdayaan sebagai manusia di hadapan Tuhan.


Para Penari Caci Manggarai, Flores

  • Alo Loes
Hasil karyanya:
  1. Yo Mori go Ame Dedek artinya Ya Tuhan Bapa Penciptaku. Berisi permohonan belas kasihan.
  2. Sangged Ite Ho'o (Kita Semuanya). Ajakan pada semua orang untuk menyembah Allah Bapa Sang Pencipta agar selalu menuntun dan melimpahi kita dengan belas kasih dan rahmat.

  • Av. Bambang
Lagu ciptaannya beliau berjudul:
  1. Suju Taung Ga yang bermakna ajakan untuk semua umat katolik menyembah dan menghormati Yesus Sang Penyelamat.
  2. Yo Ende Nggeluk Yo Lami Ta (Ya Bunda Yang Suci, Lindungilah). Suatu permintaan kepada Bunda Maria untuk selalu menjaga dan melindungi umat manusia.

  • N. Djakung
'O Ende Maria Nggeluk' artinya Ya Bunda Maria Yang Suci. Bermakna permohonan kepada Bunda Maria. 

  • C. Nonte
Dengan karyanya 'Yo Mori Somba' (Ya Allah Sayangilah). Mengungkapan tentang keallahan Kristus di salib yang rela wafat karena dosa manusia.

  • Rik. Romas
Lagu karangannya adalah:
  1. Yo Mori Baengkoe (Ya Tuhan Sayangilah). Lagu permohonan ampun pada Allah.
  2. Mai Go Sa Nai; ajakan untuk bersatu hati menyongsong Sang Raja Agung.
  3. Mai Taung O Mai Taung; Mari Semua, Mari Menyembah Tuhan.
  4. Sangged Ite Mai Taung artinya Mari Kita Semua Datang Menyembah Allah.
  5. Calang Kaku Ende maksudnya Bunda Aku Telah Jatuh Ke Dalam Dosa, Tolonglah Aku Bunda.

  • Titus Anggal
Karya ciptaannya adalah:
  1. Yo Morigo, Yo Somba (Ya Tuhanku, Ya Sayangilah). 
  2. Yo Yosep Nggeluk (Ya Yosep Yang Kudus). Berisi permintaan agar Santu Yosef bagi Gereja yang kudus.
  3. Moriga Yo (Tuhanku Ya Tuhanku) bermakna permohonan ampun pada Tuhan.
  4. Litani Maria Nggeluk (Litani Suci Maria). 

  • T. Tembok
  1. Weong Wela Bombang merupakan sebuah lagu yang mengisahkan tentang kisah sengsara Yesus Kristus.
  2. E Nai Nggeluk Wa'u (Roh Kudus Turunlah ke atas umat-Mu).

  • J. Gawus
  1. Suju Mori (Sembahlah Tuhan); untuk memuliakan Allah Tritunggal Mahakudus.
  2. O Ende Campe Koe artinya Ya Bunda Tolonglah.

Kota Ruteng, Manggarai, Flores

  • Paul J. Turut
Dengan lagu-lagu hasil gubahannya:
  1. Naring Hiang : Pujian Dan Hormat.
  2. Mori Baeng Koe Ami : Tuhan Sayangilah Kami.
  3. Naring Ite Yo Mori : Terpujilah Engkau Ya Tuhan.
  4. Wa'u Israel : Bangsa Israel Kembali Ke Mesir.
  5. Nggeluk Mori : Kuduslah Tuhan.
  6. Yo Jimbal Anak : Ya Anak Domba Allah.
  7. Yo Mori Go : Ya Tuhanku.


  • Agustinus Amat
  1. Mori Baengkoe Ami : Tuhan Kasihanilah Kami.
  2. Naring Lami : Kami Puji Nama-Mu Tuhan.
  3. Nggeluk Mori go : Kuduslah Tuhanku.
  4. Yo Ema Dami : Ya Bapa Kami.

  • Frans Ama
  1. O Mori go : Ya Tuhanku, demi Hati-Mu yang Mahakudus, kasihanilah kami.
  2. Mori ge : Tuhanku Pencipta surga dan dunia.
  3. Tiba Mori Condo : Terimalah Tuhan Persembahan Roti dan Anggur ini.
  4. Cebo ga artinya orang-orang yang menerima dan menyantap Tubuh dan Darah Kristus akan hidup aman, sehat, dan subur (cebo).
  • Zack Djewaru
  1. Mori Yesus Poli Loas : Tuhan Yesus sudah lahir.
  2. Mai go, Mai Keta Taung : marilah semua. Bentuk ajakan untuk menyambut kelahiran Sang Juru Selamat.

Demikian beberapa nama komponis (pencipta lagu) dere serani. Mudah-mudahan informasi dan tulisan ini dapat berguna untuk menambah wawasan tentang Manggarai, Flores.

Jika ada saran, kritik, atau tambahan informasi terkait artikel ini, silakan tulis di kotak komentar. Selamat merindukan tanah kelahiran, Manggarai. 



Sumber: "Uskup Wilhelmus van Bekkum & Dere Serani" karya Bonefasius Jehandut


Katedral Baru, Ruteng, Manggarai, Flores


Sabtu, 22 Oktober 2016

Pemasaran Lokal Orang Manggarai

Seakan tak pernah jenuh dan selesai ketika diminta berkisah tentang Manggarai, Flores. Tanah kelahiran yang selalu menghadirkan sejuta rasa rindu di hati. Pada artikel kali ini, asemolas akan membahas secara khusus tentang 'Pemasaran Lokal Orang Manggarai'. Penasaran seperti apa cara pemasaran hasil-hasil dari masyarakatnya? Mari simak uraian asemolas.com berikut ini..

Penjual Di Pasar Ruteng, Manggarai, Flores


Apa Itu Pemasaran?
  • Pengertian Pemasaran
Pasar merupakan lokasi bertemunya penjual dan pembeli yang bertujuan untuk melakukan proses transaksi jual beli berupa barang ataupun jasa.  Untuk saat ini, barang atau jasa tersebut dibayar atau diberi upah sesuai dengan persetujuan atau kesepakatan dengan menggunakan uang atau alat pembayaran yang sudah diakui secara umum.

Kegiatan yang terjadi di pasar merupakan bagian dari perekonomian. Jika dilihat dari segi ilmu ekonomi, pasar lebih berkaitan dengan aktivitas yang terjadi antara produsen (penjual) dan konsumen (pembeli); bukan dilihat dari tempat terjadinya kegiatan.

Sedangkan, pengertian dari 'Pemasaran' merupakan keseluruhan dari semua aktivitas bisnis yang digunakan untuk merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan, dan menyalurkan barang- barang yang mampu memenuhi keinginan dan mendapatkan pasar sasaran serta target perusahaan.

  • Fungsi Pemasaran
Pemasaran memiliki tiga fungsi, yaitu: 1). Barter; meliputi produsen (penghasil) dan konsumen (pembeli). 2). Fisis; terbagi dalam fungsi transportasi, fungsi penyimpanan, dan fungsi pengoperasian. 3). Fasilitator sarana; terdiri dari informasi pasar, penangganan resiko, pengumpulan, standarisasi, pembiayaan, komunikasi, dan penyortiran.


Bentuk Pemasaran Lokal Orang Mangggarai
Pemasaran dan pendistribusian hasil-hasil sudah terjadi dan dikenal sejak zaman dahulu. Dulu, cara penjualan berupa hasil pertanian, barang-barang kerajinan, hasil tenunan dan anyaman menggunakan sistem baluk (barter).

Hasil dan benda-benda yang dijual atau dibeli merupakan segala macam kebutuhan yang tidak dihasilkan di tempat atau di daerah konsumen. Pun sebaliknya. Barang dan hasil yang telah ditukarkan pada pasangan yang melakukan barter, sama sekali tidak diperoleh di wilayah yang bersangkutan.

Penjualan barang dan hasil kepada konsumen biasanya melalui dua cara, yaitu:
  1. Konsumen mendatangi daerah penghasil
  2. Penghasil atau produsen yang memerlukan barang atau hasil lain yang tidak dapat diperoleh di daerahnya mendatangi pengguna (konsumen).

Untuk cara pemasaran dengan sistem barter (baluk) ini sudah dikenal di berbagai tempat. Karena pada zaman dulu hampir di semua wilayah pemasaran hasil dilakukan dengan cara menukarkan barang berdasarkan kebutuhan dari pengguna. Hal ini disebabkan pada masa dulu belum dikenal nilai mata uang sebagai alat pembayaran yang sah.

Aktivitas Jual Beli Di Pasar Ruteng, Manggarai, Flores


Dalam kehidupan masyarakat Manggarai, Flores; dikenal ada beberapa cara untuk memasarkan hasil usaha dan barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari, diantaranya:

  • Ngende

Ngende ialah sebuah cara yang dipakai masyarakat Manggarai untuk membeli bahan makanan atau barang kebutuhan langsung pada para penghasil atau produsen.
Sistem ngende berlaku untuk semua orang tanpa pengecualian; baik yang memiliki hubungan kekeluargaan maupun tidak.

Namun tetap ada keistimewaan bagi orang yang mempunyai relasi pertalian saudara dengan pemilik barang. Sang penjual (penghasil makanan) akan selalu memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan rasa saling tolong-menolong baik itu keluarga, kenalan, dan sesama.

Sedangkan untuk pembeli yang tidak memiliki relasi khusus (misalnya: keluarga, teman, saudara, dan atau kenalan) dengan penjual, akan selalu berlaku penentuan harga atas dasar tawar-menawar.

Berikut sebuah contoh pemasaran dengan sistem ngende: seorang pembeli yang sedang membutuhkan bahan-bahan makanan membawa selembar sarung, seekor binatang peliharaan, peralatan dari tanah liat. Jika pihak pembeli sudah membawa barang-barang untuk siap ditukar (barter), maka pihak penjual akan bertanya atau mendiskusikan dengan pembeli kira-kira permintaan apa yang harus disiapkan yang tentunya sesuai dengan kebutuhan pembeli atau terkadang disebut tamu.

Perlu diperhatikan, jika tamu (dalam hal ini pembeli) membutuhkan padi dan jagung, maka tuan rumah (atau penjual) harus menghitung dengan cermat apa masih cukup untuk kebutuhan keluarga sendiri manakala ada kebutuhan yang mendesak. Jadi sebelum ditukarkan dengan barang bawaan pembeli, tuan perlu berterus terang tentang keadaan dan kondisi yang mungkin mendesak untuk memenuhi kebutuhan dalam keluarga.

Dalam cara pemasaran 'ngende', lebih banyak perhitungan harga pasar diabaikan. Namun terkadang sering juga terjadi, sang pembeli atau tamu menyerahkan segala keputusan yang berkaitan dengan sistem barter kepada pemilik bahan makanan (tuan rumah).

  • Pika

Pika atau menjual adalah cara dalam memasarkan hasil dan barang kerajinan dimana penghasil (dalam hal ini penjual) akan pergi ke daerah atau tempat pembeli berada. Dalam arti lain, penjual menjajakan barang langsung ke konsumen.

Hal ini masih berlaku hingga sekarang. Terutama masih sering terjadi di daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh kendaraan umum.

  • Remong

Remong maksudnya antara penjual dan pembeli bertemu atau mengadakan pertemuan di suatu tempat yang telah disepakati untuk melakukan pertukaran barang dan hasil sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Biasanya, pihak yang akan melakukan pemasaran dengan sistem remong, terlebih dahulu harus sepakat tentang tempat dan jarak tempuh dengan kediaman atau tempat tinggal.

Untuk jarak antara tempat tinggal dengan wejang (remong) selalu dilihat dari keadaan geografi. Yang pada dasarnya sistem dan caranya ini tidak membebankan kedua belah pihak. Mengenai barang atau hasil pertanian yang dijadikan barter, masih sama dengan sistem pemasaran 'ngende' dan 'pika'. Dan semuanya didasarkan pada kebutuhan masing-masing.

Sistem remong dilakukan antara kelompok yang dipimpin ketua kelompok, baik kelompok keluarga maupun kelompok desa.

Pasar Ikan (TPI) Labuan Bajo, Flores

  • Lekong

Lekong adalah membeli suatu kebutuhan yang diperoleh langsung pada produsen. Istilah 'lekong' biasanya digunakan untuk membeli garam dan ikan di daerah pesisir yang disebut 'nanga'.
Ngolekong artinya pergi membeli segala macam kebutuhan yang hanya dihasilkan di daerah pesisir (nanga).

Lekong atau ngelekong merupakan salah satu sistem pemasaran barang dan hasil bumi dimana antara pembeli dan penjual sama-sama membutuhkan barang yang tidak dapat diproduksi oleh daerah atau wilayahnya sendiri. Sebagai contoh, penduduk di daerah pesisir membutuhkan bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan orang-orang di daerah pedalaman membutuhkan garam dan ikan.

  • Moso

Telah kita ketahui bersama bahwa tanah liat memiliki begitu banyak manfaatnya. Tanah liat dapat dijadikan bahan untuk membuat alat-alat kebutuhan seperti periuk, belanga, teko (gelo), cewe (kuali tanah liat), dan gumbang tanah. Barang-barang ini hanya terdapat di daerah-daerah tertentu. Para pengrajin perabot-perabot ini pun adalah orang-orang yang berada di daerah tanah liat.

Semua masyarakat akan selalu membutuhkan periuk dan peralatan lainnya sebagai alat perlengkapan dapur. Peralatan itu diperoleh dengan membeli langsung dari pembeli yang bisa jadi menjajakan atau menjual ke daerahnya. Tetapi, ada juga pembeli yang datang langsung ke daerah produsen atau pengrajin. Cara ini lebih dikenal dengan istilah 'moso'.

Tujuan para pembeli melakukan sistem moso, selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, juga untuk dijual kembali dalam rangka menambah penghasilan keluarga.

Untuk pemenuhan seperti kebutuhan akan daging, biasanya diusahakan dengan cara berburu. Di daerah Manggarai, Flores, cara berburu dikenal dengan istilah bang, katong, dan napat.


Kira-kira seperti itulah gambaran cara pemasaran hasil yang digunakan dan dikenal dalam kehidupan masyarakat Manggarai, Flores.

Jika ada masukan, informasi, tanggapan, atau komentar terkait pembahasan ini bisa tuliskan di kolom komentar yang telah tersedia. Mudah-mudahan segala bentuk informasi yang disampaikan oleh asemolas dapat bermanfaat dan menambah wawasan baru buat kamu.

Sumber: "Sejarah Daerah Manggarai Propinsi Nusa Tenggara Timur", DRS. Doroteus Hemo.


Penjual Dan Warung-Warung Pinggir Jalan Labuan Bajo, Flores

Minggu, 16 Oktober 2016

Cerita Seorang Pengidap Kanker langka

Sahabat pembaca asemolas, kali ini asemolas.com hadir dengan cerita yang agak berbeda. Pada artikel berikut akan dibahas cerita seorang sahabat yang pernah mengidap 'Kanker Langka'. Jangan sampai kamu melewatkan kisah berharga ini.

Lambang Kepedulian Untuk Penderita Kanker

AKU DAN KANKER
Kanker. Sebuah kata yang sa­ngat menyeramkan. Tak pernah terpikirkan kalau penyakit ini akan mengidap di tubuh saya. Selama ini saya menerapkan hidup sehat. Tidak minum alkohol, tidak merokok, ataupun pergi ke klub malam. 

Saya juga rajin olahraga. Kalau pun ada yang tidak benar pada diri saya, itu adalah kecintaan saya pada pekerjaan. Teman-teman sampai menyematkan gelar 'gila kerja'  untuk saya. Akibat gila kerja itu, saya juga mempunyai kebiasaan buruk, yakni insomnia. Hampir setiap malam saya kesulitan tidur.

BENJOLAN DALAM PERUT
Suatu hari, pada bulan Juni 2009, se­pulang dari fitness badan saya terasa lemas dan tak bertenaga. Rasanya ingin pingsan saking letihnya. Saya bertanya-tanya, ada apa ini? Biasanya sepulang berolahraga badan memang agak sedikit lelah, tapi tidak sampai selemas ini. 

Curiga dengan kondisi ini, saya pun memeriksakan diri ke dokter, Siapa tahu badan lemas ini berhubung­an dengan rasa kelelahan berlebih yang sudah saya rasakan beberapa minggu ke belakang ini. Saya merasa ada yang tidak benar dengan tubuh ini. 

Suatu hari, secara tidak sengaja saya meraba perut dan merasa seperti ada benjolan di dinding kanan perut. Setelah diperiksa oleh dokter umum, saya dinyatakan baik-baik saja dan hanya kelelahan karena banyaknya aktivitas. Saya pun disaran­kan untuk banyak istirahat. Saya berpikir, benjolan ini ada hubungannya dengan operasi usus buntu yang pernah saya lakukan pada tahun 2006. 

Penasaran, saya pun menanyakan kepada adik, yang juga pernah operasi usus buntu. Ternyata dia tidak merasakan benjolan yang sama. Saya menyimpulkan berarti ini bukan karena bekas operasi yang pernah saya jalani. Tetapi karena ada sesuatu yang lain di dalam perut saya.

Saya pun memeriksakan diri saya kepada dokter yang pernah menangani saya pada saat operasi usus buntu. Saya menceritakan gejala-gejala yang saya alami belakangan ini. Dokter pun menyarankan saya untuk melakukan USG (ultrasonography).

Dari hasil USG  terlihat ada abses (selaput organ yang menyebabkan munculnya lubang tempat nanah berkumpul). Untuk memastikan, dokter meminta saya untuk melanjutkan pemeriksaan dengan melakukan CT-Scan (Computerized Axial Tomografi).

Entah kenapa, saya langsung mempunyai perasaan tidak enak. Dalam hati saya berucap, pasti ada sesuatu yang tidak semestinya di dalam perut. Perasaan tidak enak ini mendorong saya mencari dokter spesialis penyakit dalam di rumah sakit lain. Setelah bertanya kepada banyak pihak, atas rujukan atasan saya di kantor, saya pun memutuskan untuk memeriksakan diri saya ke dokter penyakit dalam di Rumah Sakit MMC.

Saya pun akhirnya menjalani CT-Scan dan hasilnya terlihat ada bentukan padat dan cair di perut bagian kanan bawah saya yang harus segera diangkat melalui operasi. Perasaan waswas dan takut mulai menyergap diri ini karena harus menghadapi operasi. Tapi saya berdoa dan berharap agar semuanya bisa berjalan dengan lancar dan baik.  

Seorang Pasien Penderita Kanker Sedang Konsultasi Dengan Dokter

KANKER MENYEBARKE PERUT
Akhirnya, operasi pun dilakukan pada 13 Juni 2009. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar. Sample yang sudah diangkat pun dibawa ke laboratorium untuk dilakukan tes patologi. Selang satu hari, hasil patologi tes pun keluar dan diagnosa yang didapat adalah tumor dinding perut.

Seluruh sendi-sendi di badan langsung terasa lemas. Tidak pernah sama sekali terpikir akan mendengar hasil tersebut. Dokter menyarankan agar melakukan operasi susulan untuk membuka lebih besar dan mengangkat lebih banyak sel tumor yang bersarang di perut kanan bawah saya.

Saat operasi kedua yang dilakukan pada tanggal 13 Juli 2009, terlihatlah sel-sel tumor memang sudah menyebar di sekitar dinding perut dan me­nempel di jaringan otot sampai pangkal paha. Otot perut saya harus diangkat supaya sel-sel tumor tidak menyebar ke organ tubuh yang lain. Dokter berusaha membersihkan semuanya dan memakan waktu operasi yang lumayan panjang. Ini pukulan berat buat saya. Pasalnya, setelah peng­angkatan otot perut, saya jadi tidak bebas beraktivitas.

Hasil patologi dari operasi kedua ini pun sungguh sangat mengejutkan karena diagnosanya adalah fibrosarcoma (kanker dinding perut). Dulu saya rajin berolahraga. Sekarang kegiatan ini harus saya kurangi. Jangankan kegiatan yang menghabiskan banyak tenaga, untuk mengangkat barang saja sudah sulit. 

Tak hanya itu, ketika naik mobil pun saya harus menghindari jalan berlobang. Kalau sampai kena guncangan, perut ini sakitnya bukan main. Untuk mengganti otot perut yang sudah tidak ada, saya memakai otot buatan yang disebut meshMesh ini berfungsi menahan isi perut. 

Saat pertama kali 'dimasukkan' ke perut, mesh masih dalam keadaan lembek. Lambat laun otot pengganti itu akan mengeras. Selama menunggu mesh mengeras, saya harus memakai korset di sekeliling perut. Kalau tidak, saya akan kesakitan. Perut se­perti dikocok-kocok terus. Benar-benar tersiksa.

SAYA HARUS MENAHAN RASA SAKIT
Setelah operasi kedua bulan Juli 2009, saya baru bisa kembali bekerja pada bulan Oktober 2009. Itu pun secara bertahap mengikuti kesanggupan fisik saya pascaoperasi. Posisi saya sebagai business development manager di salah satu perusahaan kontraktor di bidang oil dan gas.

Suatu hari di bulan November, dalam kondisi yang belum seratus persen pulih, saya harus mengikuti acara pembukaan SPBBG (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas) di daerah Industri Karawang, Jawa Barat. Panas matahari yang terik di lokasi dan kondisi yang belum begitu fit membuat badan saya sangat lemas. Begitu sampai di kantor saya merasakan sesak yang teramat sangat di dada kiri.

Saya sempat panik. Pasalnya sesudah menjalani operasi kedua, saya sempat bertanya pada dokter, kalau sampai berkembang, ke manakah sel kanker ini menyebar? Dokter menjawab, 'Paru-paru'. Makanya, begitu dada sesak dan napas tersengal-sengal, saya begitu takut. 'Ya, Allah, begitu cepatkah penyebaran­nya?' demikian pikiran buruk yang berkelebat.

Saya kembali ke dokter untuk memeriksakan diri dan dokter meng­anjurkan serangkaian pemeriksaan antara lain foto thorax, CT-Scan abdomen dan ECHO, atau pemeriksaan jantung. Di sana terlihat kalau di jantung saya memang terjadi pelebaran sedikit di pembuluh balik, tapi masih dalam batas yang wajar. Namun untuk memastikan, dokter onkolog menya­rankan untuk melakukan PET-Scan.

PET-Scan mirip dengan CT-Scan, yaitu proses pemotretan untuk melihat kondisi di dalam tubuh. Bedanya, PET-Scan menggunakan teknologi nuklir yang tingkat radiasinya sangat tinggi. Jika hasil CT-Scan biasanya berupa foto hitam putih, PET-Scan memberikan hasil foto berwarna yang menunjukkan isi tubuh dengan sangat lebih jelas. 

Intinya, dengan PET-Scan, diagnosa untuk penyakit saya lebih bisa diketahui secara pasti. Masalahnya, proses ini sangatlah menyakitkan dan membuat saya menjadi takut pada ruangan sempit. Radiasi yang tinggi membuat tubuh terasa sangat tidak mengenakkan. Saya tidak bisa mene­mukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana menyiksanya menjalani proses PET-Scan ini.

Setelah selesai menjalani PET-Scan, untuk satu hari satu malam saya tidak boleh bertemu dengan anak kecil dan orang tua karena radiasi di tubuh saya yang sangat kuat. Kalau sampai anak kecil mendekat, bisa berbahaya. Semalaman saya tidak bisa makan sama sekali, bahkan sampai muntah.

Dari hasil PET Scan akhirnya ditemukan lagi adanya sel kanker di tubuh saya.  Bukan di paru-paru seper­ti yang dikhawatirkan, melain­kan menyebar ke otot perut sebelah kiri dan di tulang panggul kanan. 

Mau tidak mau, dokter harus melakukan operasi ketiga untuk pengangkatan lagi. Operasi ketiga jauh lebih besar dan lebih rumit karena tulang panggul saya harus dikerok untuk mengangkat sel kanker yang bersarang di sana. Saya masih ingat betul, hari itu Rabu, 30 Desember 2010. Saya sedang berulang tahun yang ke-35. 

Ruangan Perawatan Penderita Kanker

Ultimatum dokter untuk operasi lagi menjadi 'hadiah' istimewa saya. Saya tidak bisa langsung menyetujui permintaan dokter. Rasa sakit luar biasa yang harus saya lalui pada dua operasi sebelumnya masih terbayang. Saya betul-betul merasa tidak sanggup kalau harus melakukan operasi ketiga.

Bagi penderita kanker lain, ada pilihan untuk melakukan kemoterapi. Tapi untuk kanker dinding perut seper­ti yang saya derita, kemoterapi tidak bisa dilakukan. Hanya operasi sebagai jalan satu-satunya. Akhirnya, setelah memikirkan dalam-dalam, saya menyetujui tindakan operasi itu.

Saya sudah melewati dua operasi yang menyakitkan. Buat apa saya menyerah sekarang? Saya harus bangkit. Semangat ini memotivasi menjalani operasi ketiga yang dilakukan Januari  2010. Jadi, total dalam waktu kurang dari setahun saya sudah menjalani tiga kali operasi: Juni 2009, Juli 2009, dan Januari 2010.

DUKUNGAN KELUARGA DAN SAHABAT
Saat menjalani operasi pertama dan kedua, saya sembunyi-sembunyi. Hanya Mama dan keluarga dekat yang tahu. Orang kantor dan sahabat-sahabat tidak ada yang saya ceritakan. Jujur, ketika itu saya belum siap bersikap terbuka. Perlu diketahui, tidak banyak penderita kanker yang mau mengakui penyakit mereka. Sebagian besar memilih mengucilkan diri. Saya juga demikian.

Sebenarnya sahabat-sahabat saya sudah mulai curiga. Pasalnya saya menunjukkan beberapa perubahan. Antara lain tidak pernah lagi memakai sepatu hak tinggi. Padahal sebelumnya saya dijuluki Miss Stiletto karena kecintaan saya pada sepatu berhak lancip. Tapi karena kanker dinding perut ini, saya harus melepas kecintaan pada sepatu berhak lancip tersebut karena rasa sakit yang sangat menyiksa jika menggunakan sepatu itu.

Pada saat akan menghadapi operasi ketiga, saya membutuhkan banyak dukungan. Akhirnya saya kumpulkan keenam sahabat saya dan menceritakan penyakit ini. Saat itu juga mereka langsung menangis. Tidak ada yang menduga saya mengidap penyakit seserius itu. Perlu diketahui, kanker dinding perut termasuk kanker langka. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia.

Saya lega sudah bisa membuka hati pada sahabat dan keluarga. Untuk penderita kanker, semangat obat nomor satu. Dari merekalah saya mendapatkan energi baru dan semangat untuk melewati operasi ketiga ini. Dukungan keluarga juga membuat saya kuat. Terlebih lagi ibu saya. Beliau penyemangat nomor satu yang selalu berdoa demi kesembuhan saya. 

Saya sendiri berusaha untuk tidak menunjukkan rasa sakit atau ketakut­an saya di depan ibu. Dia pasti akan jauh lebih sedih dibanding saya. Apa­lagi ayah saya juga meninggal karena kanker. Jadi begitu mengetahui saya juga mengidap kanker, hati ibu hancur berkeping-keping. Tapi dia selalu setia menemani saya melewati hari demi hari. Dengan doa dan kata-kata positif pembangkit semangat.

Kini, saya juga bergabung di Cancer Information Support Center (CISC). Memang saya tidak selalu mengikuti acaranya karena faktor kesehatan. Di komunitas ini, saya mendapat banyak dukungan, ditambah info-info seputar masalah kanker.  Saya harus terus maju. Perjalanan masih panjang.

Saya sudah pernah melalui masa di mana saya marah-marah pada Tuhan. Saya merasa Dia tidak adil kare­na telah memberi saya penyakit ini. Tapi kini pikiran saya sudah terbuka. Tuhan tidak mungkin memberikan cobaan melebihi batas kemampuan umat-Nya. Ya, kanker sudah membuat saya jatuh. Tapi berkat cinta dan kasih sayang dari keluarga serta sahabat, saya bisa bangkit lagi.. (M.S)

Demikian kisah singkat dari 'seorang sahabat pengidap kanker langka'. Mudah-mudahan cerita ini dapat bermanfaat dan menambah informasi baru buatmu. Satu hal yang paling penting, jaga terus kesehatanmu karena sehat itu mahal.

Jika ada saran, kritik, atau informasi lain berkaitan dengan artikel ini, silakan tulis dikolom komentar. 

Penderita Kanker Dan Harapan Hidup


Minggu, 09 Oktober 2016

Dere Serani Manggarai

Sahabat pembaca asemolas, rasanya lama sudah tak kembali berkicau tentang 'Manggarai, tanah kelahiran'. Sepertinya ini momen yang tepat untuk kembali mengupas ingatan tentang 'Manggarai'. Kali ini mari kita bahas secara khusus tentang "Dere Serani Manggarai".  Yuk, ikuti ulasan singkat asemolas.com. 

Katedral Lama Ruteng, Manggarai, Flores


Apa Itu 'Dere Serani'?
Apa kamu pernah mendengar tentang 'Dere Serani'? Dere Serani merupakan paduan dua kata yang berasal dari bahasa daerah Manggarai, Flores. Dua kata tersebut yaitu "Dere" artinya lagu atau nyanyian dan "Serani" artinya rohani. Jika diartikan berdasarkan paduan dua kata itu 'Dere Serani' artinya lagu atau nyanyian rohani. 

Jika ditanya lebih jauh tentang apa itu dere serani? Bisa diartikan seperti ini; 'Dere Serani' adalah kumpulan lagu-lagu rohani (atau lagu-lagu gereja) dalam bahasa Manggarai, Flores yang hingga saat ini tercatat dan tertulis dalam bentuk sebuah buku. 

Lagu-lagu dere serani ini biasanya dinyanyikan pada saat doa atau upacara sakral lainnya. Misalnya saat misa (doa bersama) hari minggu, doa rosario di bulan Maria  yaitu bulan Mei dan Oktober, doa bersama saat upacara-upacara penting orang katolik Manggarai, atau pada waktu upacara adat orang Manggarai.


Sejarah Dere Serani
Jika ditelusuri dari jejak sejarah, begitu sulitnya para misionaris berusaha menerjemahkan lagu-lagu asing ke dalam bahasa daerah Manggarai. Upaya mereka ini bermaksud agar umat (sebutan untuk orang-orang Katolik) dapat mengambil bagian secara aktif dalam menyanyikan lagu-lagu Gereja dalam ibadat (doa bersama). 

Lagu  Gereja atau Kristiani dalam bahasa Manggarai ini dilatih untuk pertama kalinya pada tanggal 13 Mei 1922 oleh Pater Frans Dorn, SVD bersama anak sekolah di Ruteng. Lagu Manggarai pertama ini berjudul: "Mai Momang Maria" artinya Mengasihi Maria. Kemudian lagu terjemahan 'Mai Momang Maria' ini pertama kali dinyanyikan pada saat ibadat katolik di suatu kesempatan Misa Hari Minggu, tepatnya tanggal 21 Mei 1922. 

Setelah lagu pertama ini mulai diterima dan dikuasai oleh umat katolik Manggarai, menyusul diterjemahkan lagu-lagu lainnya. Hingga pada Pesta Tuhan Yesus Naik ke Surga tanggal 25 Mei 1922, untuk pertama kalinya orang-orang katolik Manggarai mengumandangkan nyanyian koral bahasa Latin dan Asperges dalam bahasa Manggarai. 

Setelah dilihat makin baik dan bagus cara penguasaan lagu oleh orang-orang Manggarai, maka makin banyak lagu-lagu asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Manggarai. Hingga akhirnya lagu terjemahan tersebut telah mengisi hampir sebagian buku dere serani. Hal itu yang membuat perhatian dan minat para misionaris kian tumbuh terhadap lagu-lagu asli Manggarai. 

Ciri yang membedakan dari lagu-lagu asli dalam dere serani adalah pengarangnya anonim dan tidak dicantumkan tahunnya. 

Mbata, Lagu Dalam Upacara Adat Manggarai, Flores


Dere Serani Dan Upacara Adat Manggarai
Jenis-jenis lagu asli yang menarik perhatian adalah lagu-lagu yang umumnya dipakai dalam upacara adat asli orang Manggarai. Lagu-lagu asli tersebut diantaranya Sanda, Mbata, dan Danding. 
Sanda, mbata, dan danding memiliki ciri khas masing-masing.

Hal yang membedakan diantara ketiga jenis nyanyian Manggarai ini, adalah:
  • Sanda
Sanda adalah sejenis lagu yang berisi unsur-unsur pemujaan atau terkadang berisi kisah-kisah sejarah (suku). Sanda bisa dinyanyikan sambil duduk, berdiri, dan atau menari dimana para penyanyi akan membentuk sebuah lingkaran dan bergerak (menari) dalam irama kaki yang sama.

  • Mbata
Mbata adalah lagu yang biasanya dinyanyikan pada malam hari (kecuali mbata kaba atau kerbau) dalam sebuah rumah khusus (Mbaru Gendang atau rumah adat orang Manggarai). 
Para penyanyi mengambil posisi duduk bersila di lantai sambil menabuh gong dan gendang sebagai pengiring lagu. 

Isi mbata pada umumnya mengenai kisah-kisah kepahlawanan, cinta, dan rekaman peristiwa-peristiwa penting dalam suku. Atau terkadang berisi ajaran-ajaran seperti fabel, legenda, dan parabel.

  • Danding
Danding memiliki bentuk dan ciri tersendiri. Dimana bentuknya lebih pendek dan terdiri dari dua bagian yang dinyanyikan bergantian antara dua kelompok (biasanya kelompok perempuan dan kelompok laki-laki).

Para penyanyi yang biasanya sekaligus berperan sebagai penari membentuk sebuah lingkaran dan bergerak maju mundur dengan irama kaki yang sama, seperti gerakan pada sanda. Yang membedakan danding dengan sanda adalah irama gerakan kaki sang penari. Pada sanda, irama gerakan kakinya agak lambat. Sedangkan untuk danding, irama kaki penari lebih cepat dan hidup (bersemangat). 

Isi danding umumnya merupakan rekaman peristiwa-peristiwa secara singkat dan ringkas. Misalnya kisah percintaan atau peristiwa hidup yang sedang terjadi di dalam masyarakat. Sedangkan untuk danding-danding klasik, biasanya berisi unsur-unsur sage dan legenda.


Kain Songke, Tenun Ikat Manggarai, Flores


Dere Serani Dan Perkembangannya
Usaha pemberian motivasi mengubah atau menerjemahkan lagu asing ke dalam bahasa Manggarai berlangsung hampir sepuluh tahun. Upaya ini baru mendapat tanggapan dan diakui pada tahun 1936. Dimana pada tahun ini, seorang guru bernama Philipus Manti menciptakan dua (2) buah lagu Gereja dari lagu asli Manggarai. 

Beliau pernah mengikuti kursus guru selama dua tahun di Ndona, Ende, Flores. Dua lagu tadi diciptakan di Ruteng, Manggarai. Lagu yang diciptakan bapak Philipus berjudul "Doingkoe Ga" artinya sadarilah dan "Moriga Kristus" artinya Tuhanku Kristus. 

Dua lagu ini berisi permohonan kepada Allah dari orang tua, yang dinyanyikan sebelum maju untuk berperang. Lagu pertama (Doingkoe Ga) bersifat imperatif dan bermakna menyadarkan orang untuk selalu waspada dan berjaga-jaga. Sedangkan lagu kedua, Moriga Kristus, mengisahkan kepahlawanan seorang tokoh yang jadi korban perang.

Untuk saat ini dalam buku Dere Serani, dua lagu ciptaan bapak Philipus ini dikelompokkan sebagai lagu untuk masa puasa. 


Sekian dulu penjelasan singkat tentang sejarah awal Dere Serani Manggarai. Untuk pembahasan lanjut tentang perkembangan Dere Serani akan dijelaskan dalam artikel berikutnya. 

Jika ada saran, pendapat, dan atau kritik terkait artikel ini, bisa tuliskan di kolom komentar. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan baru untuk kita. *


Sumber: "Uskup Wilhelmus van Bekkum & Dere Serani" karya Bonefasius Jehandut


Katedral Baru, Manggarai, Flores