Seakan tak pernah jenuh dan selesai ketika diminta berkisah tentang Manggarai, Flores. Tanah kelahiran yang selalu menghadirkan sejuta rasa rindu di hati. Pada artikel kali ini, asemolas akan membahas secara khusus tentang 'Pemasaran Lokal Orang Manggarai'. Penasaran seperti apa cara pemasaran hasil-hasil dari masyarakatnya? Mari simak uraian asemolas.com berikut ini..
Apa Itu Pemasaran?
Kegiatan yang terjadi di pasar merupakan bagian dari perekonomian. Jika dilihat dari segi ilmu ekonomi, pasar lebih berkaitan dengan aktivitas yang terjadi antara produsen (penjual) dan konsumen (pembeli); bukan dilihat dari tempat terjadinya kegiatan.
Sedangkan, pengertian dari 'Pemasaran' merupakan keseluruhan dari semua aktivitas bisnis yang digunakan untuk merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan, dan menyalurkan barang- barang yang mampu memenuhi keinginan dan mendapatkan pasar sasaran serta target perusahaan.
Bentuk Pemasaran Lokal Orang Mangggarai
Pemasaran dan pendistribusian hasil-hasil sudah terjadi dan dikenal sejak zaman dahulu. Dulu, cara penjualan berupa hasil pertanian, barang-barang kerajinan, hasil tenunan dan anyaman menggunakan sistem baluk (barter).
Hasil dan benda-benda yang dijual atau dibeli merupakan segala macam kebutuhan yang tidak dihasilkan di tempat atau di daerah konsumen. Pun sebaliknya. Barang dan hasil yang telah ditukarkan pada pasangan yang melakukan barter, sama sekali tidak diperoleh di wilayah yang bersangkutan.
Penjualan barang dan hasil kepada konsumen biasanya melalui dua cara, yaitu:
Untuk cara pemasaran dengan sistem barter (baluk) ini sudah dikenal di berbagai tempat. Karena pada zaman dulu hampir di semua wilayah pemasaran hasil dilakukan dengan cara menukarkan barang berdasarkan kebutuhan dari pengguna. Hal ini disebabkan pada masa dulu belum dikenal nilai mata uang sebagai alat pembayaran yang sah.
Dalam kehidupan masyarakat Manggarai, Flores; dikenal ada beberapa cara untuk memasarkan hasil usaha dan barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari, diantaranya:
Ngende ialah sebuah cara yang dipakai masyarakat Manggarai untuk membeli bahan makanan atau barang kebutuhan langsung pada para penghasil atau produsen.
Sistem ngende berlaku untuk semua orang tanpa pengecualian; baik yang memiliki hubungan kekeluargaan maupun tidak.
Namun tetap ada keistimewaan bagi orang yang mempunyai relasi pertalian saudara dengan pemilik barang. Sang penjual (penghasil makanan) akan selalu memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan rasa saling tolong-menolong baik itu keluarga, kenalan, dan sesama.
Sedangkan untuk pembeli yang tidak memiliki relasi khusus (misalnya: keluarga, teman, saudara, dan atau kenalan) dengan penjual, akan selalu berlaku penentuan harga atas dasar tawar-menawar.
Berikut sebuah contoh pemasaran dengan sistem ngende: seorang pembeli yang sedang membutuhkan bahan-bahan makanan membawa selembar sarung, seekor binatang peliharaan, peralatan dari tanah liat. Jika pihak pembeli sudah membawa barang-barang untuk siap ditukar (barter), maka pihak penjual akan bertanya atau mendiskusikan dengan pembeli kira-kira permintaan apa yang harus disiapkan yang tentunya sesuai dengan kebutuhan pembeli atau terkadang disebut tamu.
Perlu diperhatikan, jika tamu (dalam hal ini pembeli) membutuhkan padi dan jagung, maka tuan rumah (atau penjual) harus menghitung dengan cermat apa masih cukup untuk kebutuhan keluarga sendiri manakala ada kebutuhan yang mendesak. Jadi sebelum ditukarkan dengan barang bawaan pembeli, tuan perlu berterus terang tentang keadaan dan kondisi yang mungkin mendesak untuk memenuhi kebutuhan dalam keluarga.
Dalam cara pemasaran 'ngende', lebih banyak perhitungan harga pasar diabaikan. Namun terkadang sering juga terjadi, sang pembeli atau tamu menyerahkan segala keputusan yang berkaitan dengan sistem barter kepada pemilik bahan makanan (tuan rumah).
Pika atau menjual adalah cara dalam memasarkan hasil dan barang kerajinan dimana penghasil (dalam hal ini penjual) akan pergi ke daerah atau tempat pembeli berada. Dalam arti lain, penjual menjajakan barang langsung ke konsumen.
Hal ini masih berlaku hingga sekarang. Terutama masih sering terjadi di daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh kendaraan umum.
Remong maksudnya antara penjual dan pembeli bertemu atau mengadakan pertemuan di suatu tempat yang telah disepakati untuk melakukan pertukaran barang dan hasil sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Biasanya, pihak yang akan melakukan pemasaran dengan sistem remong, terlebih dahulu harus sepakat tentang tempat dan jarak tempuh dengan kediaman atau tempat tinggal.
Untuk jarak antara tempat tinggal dengan wejang (remong) selalu dilihat dari keadaan geografi. Yang pada dasarnya sistem dan caranya ini tidak membebankan kedua belah pihak. Mengenai barang atau hasil pertanian yang dijadikan barter, masih sama dengan sistem pemasaran 'ngende' dan 'pika'. Dan semuanya didasarkan pada kebutuhan masing-masing.
Sistem remong dilakukan antara kelompok yang dipimpin ketua kelompok, baik kelompok keluarga maupun kelompok desa.
Lekong adalah membeli suatu kebutuhan yang diperoleh langsung pada produsen. Istilah 'lekong' biasanya digunakan untuk membeli garam dan ikan di daerah pesisir yang disebut 'nanga'.
Ngolekong artinya pergi membeli segala macam kebutuhan yang hanya dihasilkan di daerah pesisir (nanga).
Lekong atau ngelekong merupakan salah satu sistem pemasaran barang dan hasil bumi dimana antara pembeli dan penjual sama-sama membutuhkan barang yang tidak dapat diproduksi oleh daerah atau wilayahnya sendiri. Sebagai contoh, penduduk di daerah pesisir membutuhkan bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan orang-orang di daerah pedalaman membutuhkan garam dan ikan.
Telah kita ketahui bersama bahwa tanah liat memiliki begitu banyak manfaatnya. Tanah liat dapat dijadikan bahan untuk membuat alat-alat kebutuhan seperti periuk, belanga, teko (gelo), cewe (kuali tanah liat), dan gumbang tanah. Barang-barang ini hanya terdapat di daerah-daerah tertentu. Para pengrajin perabot-perabot ini pun adalah orang-orang yang berada di daerah tanah liat.
Semua masyarakat akan selalu membutuhkan periuk dan peralatan lainnya sebagai alat perlengkapan dapur. Peralatan itu diperoleh dengan membeli langsung dari pembeli yang bisa jadi menjajakan atau menjual ke daerahnya. Tetapi, ada juga pembeli yang datang langsung ke daerah produsen atau pengrajin. Cara ini lebih dikenal dengan istilah 'moso'.
Tujuan para pembeli melakukan sistem moso, selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, juga untuk dijual kembali dalam rangka menambah penghasilan keluarga.
Untuk pemenuhan seperti kebutuhan akan daging, biasanya diusahakan dengan cara berburu. Di daerah Manggarai, Flores, cara berburu dikenal dengan istilah bang, katong, dan napat.
Kira-kira seperti itulah gambaran cara pemasaran hasil yang digunakan dan dikenal dalam kehidupan masyarakat Manggarai, Flores.
Jika ada masukan, informasi, tanggapan, atau komentar terkait pembahasan ini bisa tuliskan di kolom komentar yang telah tersedia. Mudah-mudahan segala bentuk informasi yang disampaikan oleh asemolas dapat bermanfaat dan menambah wawasan baru buat kamu.
Sumber: "Sejarah Daerah Manggarai Propinsi Nusa Tenggara Timur", DRS. Doroteus Hemo.
Apa Itu Pemasaran?
- Pengertian Pemasaran
Kegiatan yang terjadi di pasar merupakan bagian dari perekonomian. Jika dilihat dari segi ilmu ekonomi, pasar lebih berkaitan dengan aktivitas yang terjadi antara produsen (penjual) dan konsumen (pembeli); bukan dilihat dari tempat terjadinya kegiatan.
Sedangkan, pengertian dari 'Pemasaran' merupakan keseluruhan dari semua aktivitas bisnis yang digunakan untuk merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan, dan menyalurkan barang- barang yang mampu memenuhi keinginan dan mendapatkan pasar sasaran serta target perusahaan.
- Fungsi Pemasaran
Bentuk Pemasaran Lokal Orang Mangggarai
Pemasaran dan pendistribusian hasil-hasil sudah terjadi dan dikenal sejak zaman dahulu. Dulu, cara penjualan berupa hasil pertanian, barang-barang kerajinan, hasil tenunan dan anyaman menggunakan sistem baluk (barter).
Hasil dan benda-benda yang dijual atau dibeli merupakan segala macam kebutuhan yang tidak dihasilkan di tempat atau di daerah konsumen. Pun sebaliknya. Barang dan hasil yang telah ditukarkan pada pasangan yang melakukan barter, sama sekali tidak diperoleh di wilayah yang bersangkutan.
Penjualan barang dan hasil kepada konsumen biasanya melalui dua cara, yaitu:
- Konsumen mendatangi daerah penghasil
- Penghasil atau produsen yang memerlukan barang atau hasil lain yang tidak dapat diperoleh di daerahnya mendatangi pengguna (konsumen).
Untuk cara pemasaran dengan sistem barter (baluk) ini sudah dikenal di berbagai tempat. Karena pada zaman dulu hampir di semua wilayah pemasaran hasil dilakukan dengan cara menukarkan barang berdasarkan kebutuhan dari pengguna. Hal ini disebabkan pada masa dulu belum dikenal nilai mata uang sebagai alat pembayaran yang sah.
Dalam kehidupan masyarakat Manggarai, Flores; dikenal ada beberapa cara untuk memasarkan hasil usaha dan barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari, diantaranya:
- Ngende
Ngende ialah sebuah cara yang dipakai masyarakat Manggarai untuk membeli bahan makanan atau barang kebutuhan langsung pada para penghasil atau produsen.
Sistem ngende berlaku untuk semua orang tanpa pengecualian; baik yang memiliki hubungan kekeluargaan maupun tidak.
Namun tetap ada keistimewaan bagi orang yang mempunyai relasi pertalian saudara dengan pemilik barang. Sang penjual (penghasil makanan) akan selalu memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan rasa saling tolong-menolong baik itu keluarga, kenalan, dan sesama.
Sedangkan untuk pembeli yang tidak memiliki relasi khusus (misalnya: keluarga, teman, saudara, dan atau kenalan) dengan penjual, akan selalu berlaku penentuan harga atas dasar tawar-menawar.
Berikut sebuah contoh pemasaran dengan sistem ngende: seorang pembeli yang sedang membutuhkan bahan-bahan makanan membawa selembar sarung, seekor binatang peliharaan, peralatan dari tanah liat. Jika pihak pembeli sudah membawa barang-barang untuk siap ditukar (barter), maka pihak penjual akan bertanya atau mendiskusikan dengan pembeli kira-kira permintaan apa yang harus disiapkan yang tentunya sesuai dengan kebutuhan pembeli atau terkadang disebut tamu.
Perlu diperhatikan, jika tamu (dalam hal ini pembeli) membutuhkan padi dan jagung, maka tuan rumah (atau penjual) harus menghitung dengan cermat apa masih cukup untuk kebutuhan keluarga sendiri manakala ada kebutuhan yang mendesak. Jadi sebelum ditukarkan dengan barang bawaan pembeli, tuan perlu berterus terang tentang keadaan dan kondisi yang mungkin mendesak untuk memenuhi kebutuhan dalam keluarga.
Dalam cara pemasaran 'ngende', lebih banyak perhitungan harga pasar diabaikan. Namun terkadang sering juga terjadi, sang pembeli atau tamu menyerahkan segala keputusan yang berkaitan dengan sistem barter kepada pemilik bahan makanan (tuan rumah).
- Pika
Pika atau menjual adalah cara dalam memasarkan hasil dan barang kerajinan dimana penghasil (dalam hal ini penjual) akan pergi ke daerah atau tempat pembeli berada. Dalam arti lain, penjual menjajakan barang langsung ke konsumen.
Hal ini masih berlaku hingga sekarang. Terutama masih sering terjadi di daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh kendaraan umum.
- Remong
Remong maksudnya antara penjual dan pembeli bertemu atau mengadakan pertemuan di suatu tempat yang telah disepakati untuk melakukan pertukaran barang dan hasil sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Biasanya, pihak yang akan melakukan pemasaran dengan sistem remong, terlebih dahulu harus sepakat tentang tempat dan jarak tempuh dengan kediaman atau tempat tinggal.
Untuk jarak antara tempat tinggal dengan wejang (remong) selalu dilihat dari keadaan geografi. Yang pada dasarnya sistem dan caranya ini tidak membebankan kedua belah pihak. Mengenai barang atau hasil pertanian yang dijadikan barter, masih sama dengan sistem pemasaran 'ngende' dan 'pika'. Dan semuanya didasarkan pada kebutuhan masing-masing.
Sistem remong dilakukan antara kelompok yang dipimpin ketua kelompok, baik kelompok keluarga maupun kelompok desa.
- Lekong
Lekong adalah membeli suatu kebutuhan yang diperoleh langsung pada produsen. Istilah 'lekong' biasanya digunakan untuk membeli garam dan ikan di daerah pesisir yang disebut 'nanga'.
Ngolekong artinya pergi membeli segala macam kebutuhan yang hanya dihasilkan di daerah pesisir (nanga).
Lekong atau ngelekong merupakan salah satu sistem pemasaran barang dan hasil bumi dimana antara pembeli dan penjual sama-sama membutuhkan barang yang tidak dapat diproduksi oleh daerah atau wilayahnya sendiri. Sebagai contoh, penduduk di daerah pesisir membutuhkan bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan orang-orang di daerah pedalaman membutuhkan garam dan ikan.
- Moso
Telah kita ketahui bersama bahwa tanah liat memiliki begitu banyak manfaatnya. Tanah liat dapat dijadikan bahan untuk membuat alat-alat kebutuhan seperti periuk, belanga, teko (gelo), cewe (kuali tanah liat), dan gumbang tanah. Barang-barang ini hanya terdapat di daerah-daerah tertentu. Para pengrajin perabot-perabot ini pun adalah orang-orang yang berada di daerah tanah liat.
Semua masyarakat akan selalu membutuhkan periuk dan peralatan lainnya sebagai alat perlengkapan dapur. Peralatan itu diperoleh dengan membeli langsung dari pembeli yang bisa jadi menjajakan atau menjual ke daerahnya. Tetapi, ada juga pembeli yang datang langsung ke daerah produsen atau pengrajin. Cara ini lebih dikenal dengan istilah 'moso'.
Tujuan para pembeli melakukan sistem moso, selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, juga untuk dijual kembali dalam rangka menambah penghasilan keluarga.
Untuk pemenuhan seperti kebutuhan akan daging, biasanya diusahakan dengan cara berburu. Di daerah Manggarai, Flores, cara berburu dikenal dengan istilah bang, katong, dan napat.
Kira-kira seperti itulah gambaran cara pemasaran hasil yang digunakan dan dikenal dalam kehidupan masyarakat Manggarai, Flores.
Jika ada masukan, informasi, tanggapan, atau komentar terkait pembahasan ini bisa tuliskan di kolom komentar yang telah tersedia. Mudah-mudahan segala bentuk informasi yang disampaikan oleh asemolas dapat bermanfaat dan menambah wawasan baru buat kamu.
Sumber: "Sejarah Daerah Manggarai Propinsi Nusa Tenggara Timur", DRS. Doroteus Hemo.
Pemasaran Lokal Orang Manggarai
4/
5
Oleh
Molas